Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Australia Resesi, Hati-Hati Investasi Indonesia Bisa Amblas

Rina Anggraeni , Jurnalis-Jum'at, 04 September 2020 |11:34 WIB
Australia Resesi, Hati-Hati Investasi Indonesia Bisa Amblas
Ekonomi Turun (Shutterstock)
A
A
A

JAKARTA - Ekonom Indef Bhima Yudistira menilai, Australia yang mengalami resesi akan berdampak pada investasi Indonesia. Adapun investasi Australia ke Indonesia bakal amblas.

Lantaran, investasi asal Australia menduduki posisi ke 10 teratas di Indonesia dengan nilai USD148 juta per semester I-2020.

 Baca juga: Ekonomi Indonesia Banyak di 'Obok-Obok'

"Imbasnya investasi langsung dari Australia akan direvisi turun, dan berpengaruh khususnya di sektor pertambangan, pertanian dan peternakan. Jika investasi terus anjlok hingga akhir tahun maka resesi di Indonesia tidak bisa dihindari lagi," kata Bhima saat dihubungi, Jakarta, Jumat (4/9/2020).

Dia melanjutkan dampak resesi di Australia tidak terlalu besar bagi perekonomian Indonesia, khususnya perdagangan. Namun, investasi akan punya peran penting untuk ekonomi.

 Baca juga:Tak Terapkan Protokol Kesehatan, Erick Thohir Ancam Tutup Pabrik

"Karena share ekspor ke Australia porsinya hanya 1,58% dalam kurun waktu Januari-Juli 2020. Sementara dari sisi impor hanya 3,18%," jelasnya.

Sebagai informasi, Australia secara resmi berada dalam resesi ekonomi pertamanya selama hampir tiga dekade, dengan angka PDB kuartal Juni yang menunjukkan ekonomi mundur sebesar 7% - penurunan terburuk yang pernah tercatat dan sedikit lebih buruk dari perkiraan sebagian besar ekonom.

 Baca juga: Mengenal Apa Itu Resesi? Banyak Negara Ekonominya Minus, RI Sebentar Lagi

Angka dari Biro Statistik Australia (ABS) hari ini mengkonfirmasi penurunan 0,3% kuartal Maret, yang berarti ekonomi Australia minus selama dua kuartal berturut-turut, atau memenuhi definisi umum resesi. Penurunan PDB kuartalan sebesar 7% ini juga lebih dari tiga kali lebih buruk daripada penurunan terbesar sebelumnya sebesar 2% pada bulan Juni 1974.

Rekor penurunan aktivitas ekonomi didorong oleh sektor swasta, yang banyak di antaranya ditutup atau dibatasi karena upaya untuk menahan pandemi Covid-19. Permintaan swasta mengambil 7,9 poin persentase dari ekonomi, sementara surplus perdagangan dan peningkatan pengeluaran pemerintah masing-masing bertambah 1 dan 0,6 poin persentase.

(Fakhri Rezy)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement