Lalu yang kedua adalah biaya untuk sertifikasinya. Menurut Wahyu, biaya yang dikeluarkan ini adalah untuk lembaga sertifikasi melakukan survei ke pabrik atau gempat produksi produknya untuk melihat kesesuaian produknya dari dekat.
“Lembaga sertifikasi ini kan nanti akan melihat prosesnya, sistem manajemenya melakukan sampling dan lain sebagainya. Ini ada biaya juga. Ini juga beda-beda. Umumnya kalau yang sudah umum enggak mahal,” jelasnya.
Di sini juga antara satu produk dengan yang lainya memiliki tingkat biaya yang berbeda. Karena biaya yang dikeluarkan dilihat dari tipe produknya jika ongkos produknya sedikit biaya pengujian akan mahal.
“Ini juga tergantung dari tipe produknya kalau mahal banyak ya tentunya dibagi ongkos bikin produknya murah. Kalau ongkos produknya sedikit ya tentunya menjadi mahal,” kata Wahyu.
Namun Wahyu enggan menyebutkan berapa rata-rata perusahaan masker medis dalam mengeluarkan uangnya untuk mendapatkan lebel SNI. Namun dipastikan jika perusahaan hanya membayar satu kali untuk mendapatkan lebel SNI, terkecuali ada perubahan produk.
“Sebagai satu entitas produksinya kan enggak dibatasi dalam satu bulan harus berapa. Jadi satu kali sertifikasi sudah,” ucapnya. (kmj)
(Rani Hardjanti)