JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa akibat budaya patriarkis yang kental, lingkungan kerja di Indonesia menempatkan perempuan sebagai minoritas. Tak hanya itu, pekerja perempuan juga mendapat upah yang lebih rendah.
Hal ini dinilai menghambat agenda pemerintah terkait kesetaraan gender dan inklusivitas.
Baca Juga: Sri Mulyani Tak Bisa Memilih, Kesehatan dan Ekonomi Sama-Sama Penting
"Ada konsekuensi apabila kita tidak meng-address isu kesetaraan gender. Kita juga harus lihat dari sisi tata kelola, banyak perusahaan itu perusahaan keluarga," ujar Sri dalam webinar di Jakarta, Rabu (18/11/2020).
Perusahaan seperti ini, jika dijalankan oleh laki-laki, dia akan menganggapnya taken for granted, bahwa posisi default jatuh ke laki-laki. Kalau perempuan, kinerja mereka akan dilihat dan diamati dengan lebih kritis.
"Praktik-praktik semacam ini membuat susah. Kita selalu menganggap laki-laki selalu kompeten, sementara perempuan harus selalu membuktikan diri mereka untuk bisa diterima," tandas Sri.
Terlebih jika membayangkan terkait resource perusahaan. Hal ini berarti pekerja perempuan harus bekerja dua kali lipat untuk mendapatkan acceptance atau diterima oleh lingkungan kerjanya.