JAKARTA - Dua raksasa aplikasi transportasi berbasis daring atau Ojek Online, yaitu Grab dan Gojek dikabarkan bakal melakukan penggabungan atau merger. Rencana itu dinilai sebagai langkah penghematan karena keuntungan mereka sedang anjlok akibat pandemi Covid-19.
Pengamat Transportasi dan Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno menilai rencana itu karena Grab dan Gojek terkena dampak karena adanya pandemi virus corona. Karena, kini banyak orang yang berdiam diri di rumah, sehingga otomatis pemasukan para mitranya pun mengalami penurunan.
 Baca juga: Tak Sejahtera, Driver Ojol Tolak Merger Grab-Gojek
"Merger terjadi, bisa jadi karena pemesan atau konsumen sudah berkurang. Apalagi di masa pandemi yang sangat menurun drastis," kata Djoko kepada Okezone, Sabtu (5/12/2020).
Dia mengaku pernah melakukan survei kepada mitra dari Grab dan Gojek. Dimulai dari ojek online hingga taksi daring, mereka menyatakan bahwa pemasukannya berkurang sejak Indonesia dilanda pandemi Covid-19.
 Baca juga: Merger Grab-Gojek, Waspada Monopoli Ojek Online!
"Beberapa komunitas roda 2 yang saya temui, terjadi pengurangan driver ojol. Sebesar 50% kembali ke profesi semula. Untuk roda empat, komunikasi dengan beberapa komunitas roda 4, terjadi pengembalian kendaraan ke leasing sekitar 30%," ujarnya.
Dia menyebut apabila nanti rencana merger tersebut benar terwujudkan, maka dampak positif yang diterima para mitra pun akan amat kecil.
"Tidak banyak memberikan nilai positif pada mitra driver," kata dia.