JAKARTA - Kasus positif Covid-19 di Indonesia terus mengalami peningkatan, bahkan per Sabtu 5 Desember, angka positif telah mencapai 569.707 kasus. Kenaikan angka ini bisa mengancam proyeksi ekonomi di 2021.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menyebut, proyeksi perekonomian di 2021 diperkirakan mencapai 2,5% sampai 3% dan untuk pulih ke 5% estimasi tercepat di awal 2022.
Baca Juga: Ekonomi RI Direset Pasca-Pandemi Corona
Namun, Bhima menyebut angka di atas bisa jadi mengalami revisi bahkan bisa turun jika gelombang kedua Covid-19 muncul dan distribusi vaksin tidak lancar.
"Jika ada gelombang kedua kasus dan distribusi vaksin terhambat maka proyeksi pertumbuhan bisa direvisi turun," ujar Bhima saat dihubungi MNC Portal, Minggu (6/12/2020).
Baca Juga: Strategi Gas dan Rem Mulai Kelihatan Hasilnya, Jokowi: Ekonomi Membaik
Bhima menjelaskan, faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di tahun 2021 bergantung pada distribusi vaksin yang merata dan penurunan kasus covid yang signifikan. Tanpa penurunan kasus, sulit berharap kelas menengah atas kembali berbelanja seperti situasi normal.
"Mana bisa (kelas menengah atas) disuruh belanja kalau keluar rumah riskan tertular virus sementara rumah sakit penuh. Ini jangan terulang di 2021," kata dia.
Selain itu, dia menyebut faktor pendorong perekonomian nasional lainnya berasal dari belanja pemerintah dengan catatan realisasi belanja dipercepat di awal tahun. "Khususnya belanja sektor kesehatan, dan perlindungan sosial," ucapnya.