JAKARTA - Tahun 2020 adalah tahun luar biasa bagi seluruh dunia, tidak terkecuali Indonesia. Pandemi Covid-19 seakan mengulang sejarah wabah besar seabad yang silam dan menyebabkan terganggunya kondisi kesehatan dan ekonomi secara signifikan di seluruh negara termasuk Indonesia. Pemerintah bergerak cepat dan APBN telah menjadi instrumen yang paling efektif untuk menahan pemburukan.
Kepala BKF Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan defisit APBN 2020 tercatat sejumlah Rp956,3 triliun atau -6,09% PDB. Realisasi ini lebih baik daripada asumsi -6,34% di Perpres 72/2020. Defisit -6,09% ini masih relatif lebih kecil dibanding banyak negara ASEAN maupun G20.
Baca Juga:Â Besar Pasak Daripada Tiang, Defisit APBN 2020 Capai Rp956,3 TriliunÂ
Rinciannya, defisit Malaysia tercatat -6,5% PDB, Filipina -8,1%, India -13,1%, Jerman -8,2%, Perancis -10,8%, Amerika Serikat -18,7% dari PDB.
“Meskipun relatif kecil dibandingkan negara-negara lain, APBN Indonesia telah bekerja secara optimal sebagai instrumen kebijakan countercyclical di masa pandemi.” ungkap Febrio Kacaribu di Jakarta, Senin (11/1/2021).
Realokasi dan refocusing serta akselerasi belanja yang dilakukan diarahkan untuk mengatasi tiga fokus utama: mengatasi gangguan kesehatan, melindungi konsumsi dasar masyarakat miskin dan rentan serta mendukung kegiatan usaha terutama UMKM.
Dampak pandemi Covid-19 yang besar telah menghambat mata pencaharian sebagian masyarakat dan meningkatkan kemiskinan di Indonesia pada tahun 2020.