JAKARTA - Neraca perdagangan Desember diperkirakan mengalami surplus USD2,58miliar, sedikit lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat surplus USD2,61miliar.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan penurunan surplus perdagangan dipengaruhi oleh perbaikan kinerja impor yang diperkirakan tercatat sebesar -13,08% (year on year/yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja impor di bulan November sebesar -17,46%.
 Baca juga: Menko Airlangga Siapkan 2 Skema Dorong Kinerja Ekspor RI
"Peningkatan impor tidak lepas dari kenaikan aktivitas manufaktur Indonesia, diindikasikan oleh kenaikan PMI Manufacturing menjadi 51,3 dari sebelumnya 50,6," kata Josua saat dihubungi MNC Portal di Jakarta, Jumat (15/1/2021).
Kenaikan impor juga ditopang oleh kenaikan harga minyak global, di mana harga minyak global naik sebesar 8,85% (month of month/mtm). Di sisi lain, ekspor Indonesia diperkirakan masih akan meningkat, dan bertumbuh sebesar 5,26% yoy, melambat dibanding pertumbuhan November sebesar 9,54% yoy.
 Baca juga: Neraca Dagang Surplus, BI: Ekonomi Makin Positif
"Peningkatan ekspor ditopang oleh kenaikan harga komoditas global, seperti batu bara dan CPO, yang masing-masing bertumbuh 14,51%mtm dan 8,78%mtm," katanya.