Selain itu, cuaca buruk ini juga berpengaruh pada infrastruktur jalan yang terhambat karena banjir. "Ada kejadian yang diluar kebiasaan yang beda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Bukan mau menyalahkan cuaca. Paling tidak ke depannya kita perlu lebih lagi mengantisipasi bahwa cuaca dominan memengaruhi supply chain batu bara ini," jelasnya.
Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ridwan Djamaludin mengakui bahwa cuaca di daerah-daerah penghasil batu bara sedang ekstrem dan menimbulkan bencana. Sejauh ini ada empat perusahaan yang terdampak oleh banjir.
"Ketika Kalimantan Selatan terkendala, kita cari di Kalimantan Timur dan Sumatera Selatan sudah kita identifikasi juga." ungkapnya.
Ridwan menambahkan, pemerintah memastikan stok batu bara untuk kebutuhan listrik selalu terpenuhi. Sebagai informasi, kebutuhan batu bara PT PLN (Persero) diperkirakan meningkat dari 113 juta ton pada tahun 2021 menjadi 167 juta ton pada tahun 2030.
"Ada 54 perusahaan pemasok batu bara yang sudah menyatakan komitmennya akan memenuhi kewajibannya sesuai dengan kesepakatan yang ada," tandasnya.
(Fakhri Rezy)