Dia menyebut bahwa Indonesia perlu belajar dari beberapa negara yang telah sukses dalam pemanfaatan energi baru terbarukan. Salah satunya Jerman, di mana bauran energi primer dari EBT telah mencapai 85% dari energi nasionalnya.
“Sebagian besar EBT di Jerman merupakan energi dari tenaga surya, angin, sampah biomassa, dan hidro-elektrik. Hal ini tentunya tidak lepas dari riset, inovasi dan investasi dari Pemerintah Jerman yang menyatakan bahwa tahun 2050 semua energi berasal dari energi hijau dan bersih,” paparnya.
Dia menyebut bahwa sumber EBT di Indonesia tidak kalah dengan Jerman. Menurutnya potensi EBT di Indonesia cukup besar. Terutama dari energi surya, angin dan hidro-elektrik.
“Posisi Indonesia yang berada di garis khatulistiwa, tentu memiliki potensi energi surya berlimpah, namun belum dikelola secara maksimal. Hal ini dapat kita lihat dari penggunaan energi surya, energi angin dan hidro-elektrik yang belum banyak dimanfaatkan sektor industri atau perumahan,” katanya
“Oleh karena itu, selain investasi saya ingin menekankan pentingnya riset dan inovasi untuk industri energi Indonesia. Target bauran energi dengan energi terbarukan pada tahun 2025 tidak akan tercapai jika riset dan inovasi tidak turut serta ditingkatkan,” lanjutnya.
(Dani Jumadil Akhir)