JAKARTA - Harga minyak mentah kembali menguat pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), di tengah data ekonomi AS yang kuat, penurunan persediaan dan keputusan OPEC+ untuk tetap pada pemotongan produksinya, namun greenback yang lebih kuat membatasi kenaikan.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April ditutup pada USD58,84 per barel, menguat 38 sen, setelah sebelumnya mencapai level tertingginya sejak 21 Februari pada USD59,04, dilansir dari Antara, Jumat (5/2/2021).
Baca Juga: Harga Minyak Mentah RI Naik Jadi USD53,1 per Barel
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Maret naik 54 sen menjadi USD56,23 per barel, setelah mencapai level penyelesaian tertinggi dalam satu tahun pada Rabu (3/2) di USD55,69.
Data pabrik AS yang kuat dan membaiknya angka pengangguran membantu meningkatkan harga minyak, kata John Kilduff, mitra di Again Capital di New York.
"Itu membantu, dan mengingat situasi yang lebih luas dengan OPEC+, saya berharap pasar ini akan semakin ketat," kata Kilduff.
Baca juga: Harga Minyak Bervariasi di Tengah Vaksinasi dan Turunnya Stok AS
Departemen Perdagangan AS mengatakan pesanan pabrik Desember meningkat 1,1% setelah melonjak 1,3% pada November, mengalahkan ekspektasi para ekonom.
Sementara data Departemen Tenaga Kerja menunjukkan penurunan warga Amerika yang mengajukan aplikasi baru untuk tunjangan pengangguran di minggu terakhir. Investor juga mengharapkan data positif dari laporan ketenagakerjaan bulanan komprehensif pemerintah yang akan dirilis pada Jumat waktu setempat.
Pasar semakin didukung oleh berita bahwa Demokrat di Kongres AS mengambil langkah pertama untuk memajukan rencana bantuan virus corona senilai 1,9 triliun dolar AS yang diusulkan oleh Presiden Joe Biden.