Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Jangan Kaget! Gaji CEO Ratusan hingga Ribuan Kali Lipat Karyawan Biasa, Ini Alasannya

Agregasi BBC Indonesia , Jurnalis-Rabu, 10 Februari 2021 |12:42 WIB
Jangan Kaget! Gaji CEO Ratusan hingga Ribuan Kali Lipat Karyawan Biasa, Ini Alasannya
Gaji CEO Lebih Besar (Foto: Reuters)
A
A
A

Apakah gaji jumbo CEO bisa dibenarkan masih menjadi topik perdebatan sengit. Di satu sisi, ekonom pasar bebas berpendapat bahwa gaji eksekutif yang tinggi dibenarkan jika sejalan dengan kepentingan eksekutif dan pemegang saham.

Jika bisnis bersedia membayar sejumlah ini, kata mereka, itulah nilai yang menurut pasar layak bagi para eksekutif.

"CEO adalah kunci sukses," kata Daniel Pryor, kepala program di Adam Smith Institute, sebuah wadah pemikir neoliberal. "Cukup jelas ada sejumlah terbatas orang yang memiliki keterampilan, kepribadian, dan watak untuk menjadi CEO dari perusahaan top, dan jumlah orang yang terbatas itu sangat dicari."

Pryor memberi contoh Steve Jobs di Apple, Jeff Bezos di Amazon, dan Elon Musk dengan Tesla dan SpaceX, talenta luar biasa yang telah menempa teknologi revolusioner dari awal. Namun sejumlah peneliti mengatakan bahwa peran CEO rata-rata - tipe manajerial yang tidak mendirikan bisnis yang dipimpinnya dan belum menjadi seorang visioner - terlalu dilebih-lebihkan. Sebaliknya, faktor-faktor lain lebih penting dalam menentukan nasib perusahaan.

"Ada beberapa alasan suatu perusahaan dapat berkinerja baik," kata David Bolchover, pakar manajemen-pembayaran yang menulis buku Pay Check: Are Top Earners Really Worth It?.

"Mungkin perekonomian atau sektornya sedang naik, yang tidak ada hubungannya dengan CEO, mungkin mereka beroperasi dalam oligopoli. Kontribusi pekerja juga menentukan.

"Dampak seorang CEO terhadap kinerja perusahaan tidak dapat diukur, yaitu merupakan pokok masalah ini. Mereka menggunakan 'ideologi bakat' sebagai pembenaran. Tetapi apakah kemampuan mereka sangat langka? Saya rasa ini akal-akalan saja."

Bolchover mengatakan krisis keuangan global pada 2008 adalah contoh utama bagaimana kinerja dan bayaran tidak selalu selaras.

"Sektor keuangan selalu mempertahankan gaji besar atas dasar kemampuan dan bakat mereka yang langka," ujarnya. "Tapi banyak dari bank-bank ini bangkrut selama krisis, dan orang-orang mulai bertanya-tanya - mengapa mereka digaji begitu besar dan mengapa mereka terus digaji begitu besar bahkan setelah krisis?"

Menurut Bolchover, "pusaran kepentingan pribadi" antara pemegang saham, anggota dewan, dan eksekutif adalah alasan mengapa gaji CEO tidak turun-turun - dan, baginya, itulah mengapa ada tekanan yang meningkat dari masyarakat umum.

Langkah maju yang dramatis

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement