Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Jangan Kaget! Gaji CEO Ratusan hingga Ribuan Kali Lipat Karyawan Biasa, Ini Alasannya

Agregasi BBC Indonesia , Jurnalis-Rabu, 10 Februari 2021 |12:42 WIB
Jangan Kaget! Gaji CEO Ratusan hingga Ribuan Kali Lipat Karyawan Biasa, Ini Alasannya
Gaji CEO Lebih Besar (Foto: Reuters)
A
A
A

Sementara gaji para petinggi terus naik, hak-hak karyawan tampak terus menurun - terutama untuk para pekerja garis depan di tengah pandemi. Bagi banyak pekerja biasa, jumlah besar ini telah menjadi pil yang semakin pahit untuk ditelan.

Kemarahan tenaga kerja atas ketimpangan gaji ini meluas awal bulan ini ketika ribuan karyawan di British Gas mengadakan mogok kerja selama lima hari sebagai respons atas rencana untuk mengurangi tenaga kerja dan mengalihkan karyawan ke kontrak baru dengan hak yang lebih sedikit.

Ketegangan telah memanas sejak 2018 setelah kepala eksekutif Centrica, perusahaan yang memiliki British Gas, menerima kenaikan gaji sebesar 44% menjadi £ 2,4 juta.

"Ini serakah namanya," kata John, seorang pekerja berusia 32 tahun di British Gas, yang namanya telah diubah karena masalah keamanan pekerjaan. "Ini lebih dari gaji perdana menteri. Bagaimana mereka bisa membenarkannya? Ketika Anda membayar uang sebanyak itu, tidak berarti Anda mendapatkan kualitas, tetapi Anda mendapatkan orang tertentu dari latar belakang tertentu. "

(Melalui email, juru bicara Centrica berkomentar bahwa gaji pokok CEO perusahaan saat ini adalah 19% lebih rendah dari CEO sebelumnya, dan bahwa selama tahun 2020, baik CEO maupun direktur eksekutif tidak menerima bonus tahunan atau kenaikan gaji tahunan.)

Namun, ada tanda-tanda bahwa kenaikan gaji CEO setidaknya melambat. Paul Lee, yang telah bekerja sebagai konsultan investasi selama 20 tahun, mengatakan bahwa gaji CEO di Inggris telah "stabil" dalam beberapa tahun terakhir, "tetapi level tersebut telah berkisar antara £4 hingga 5 juta selama beberapa tahun".

Lee percaya perubahan pola pikir investor institusional dan dana kekayaan kedaulatan berada di balik mandeknya gaji CEO baru-baru ini. Mereka berinvestasi di perusahaan-perusahaan bergaji tinggi ini, tetapi mereka pada intinya didanai oleh masyarakat umum - melalui dana pensiun dan investasi - dan menyadari kegelisahan yang semakin besar.

"Apakah angka-angka itu dibenarkan? Sangat sulit untuk mengatakan secara objektif," katanya. "Tapi ada atmosfer akuntabilitas yang mulai berkembang. Sebagian karena perdebatan di publik, sebagian lagi karena tekanan dari pemerintah."

Misalnya, di AS, draf Accountable Capitalism Act yang diajukan Senator Elizabeth Warren mengusulkan batasan waktu pada penjualan saham perusahaan, dalam upaya mengalihkan fokus dari pengembalian pemegang saham jangka pendek ke tujuan jangka panjang semua pemangku kepentingan.

Ada juga inisiatif yang muncul seperti di San Francisco dan Portland, di mana bisnis dikenai pajak jika rasio gaji mereka terlalu tinggi, menciptakan insentif ekonomi yang eksplisit untuk meningkatkan kesetaraan.

Dan, di tengah pandemi, para eksekutif di beberapa perusahaan top termasuk Boeing, Marriott International, dan PwC telah secara sukarela mengorbankan sebagian dari gaji mereka untuk menyelamatkan pekerjaan para stafnya pada 2020 - meskipun banyak yang mengkritik ini sebagai 'selemah-lemahnya iman'.

Luke Hildyard, direktur High Pay Center, mengatakan perusahaan dapat mengambil langkah yang lebih berarti untuk mengurangi ketimpangan gaji, seperti merangkul perwakilan pekerja di ruang rapat, dan pelaporan yang lebih baik dari data gaji perusahaan untuk meningkatkan akuntabilitas. Penghasilan perusahaan kemudian dapat didistribusikan secara lebih merata ke seluruh tenaga kerja.

"Meningkatkan kehidupan orang-orang normal dengan penambahan uang yang relatif kecil dapat membuat perubahan," kata Hildyard. "Itu akan menjadi langkah maju yang dramatis."

Bagi Hildyard, gaji CEO yang menggiurkan adalah bukti yang "mengejutkan" dari perpecahan yang semakin besar di masyarakat. "Inggris adalah salah satu negara dengan pendapatan yang paling tidak setara di negara maju, dan itu telah meningkat seiring dengan kenaikan gaji eksekutif."

Dia berpendapat hal ini penting karena penelitian menunjukkan bahwa negara yang tidak setara cenderung buruk dalam berbagai ukuran termasuk kohesi sosial, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, tingkat kejahatan, dan pendidikan. Tingkat ketimpangan yang lebih tinggi berarti masyarakat semakin menderita.

Dengan resesi ekonomi global di depan mata saat pandemi berkecamuk, Hildyard yakin "pengawasan terhadap ketimpangan" akan meningkat.

Dia berkata meningkatnya peran industri keuangan, outsourcing pekerjaan bergaji rendah, dan berkurangnya serikat pekerja ada di balik ketimpangan yang semakin lebar dalam beberapa dekade terakhir.

"Pada saat yang sama, mereka yang berada di puncak tidak hanya mempertahankan kekayaan mereka - tetapi menyaksikannya tumbuh secara besar-besaran," tambahnya. "Jika tren itu berlanjut, masyarakat akan semakin terpecah dan para pekerja akan menderita."

(Dani Jumadil Akhir)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement