Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Dolar AS Tergelincir akibat Laju Inflasi Lemah

Dolar AS Tergelincir akibat Laju Inflasi Lemah
Dolar AS Melemah (Foto: Okezone.com)
A
A
A

NEW YORK - Dolar AS melemah lagi pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), setelah laporan inflasi yang lemah dan lelang obligasi pemerintah AS 10-tahun kurang antusias. Sementara itu, mata uang berisiko seperti dolar Australia dan Selandia Baru menguat karena meningkatkan prospek pertumbuhan global.

Harga-harga konsumen AS membukukan kenaikan tahunan terbesar dalam setahun, meskipun inflasi tetap lemah di tengah permintaan yang lamban untuk jasa-jasa seperti perjalanan maskapai penerbangan, data menunjukkan.

Baca Juga: Dolar Perkasa Terangkat Kenaikan Imbal Hasil Obligasi

Pergerakan tersebut sebagian besar sejalan dengan ekspektasi para ekonom, meskipun inflasi inti naik 0,1% dibandingkan perkiraan pasar untuk kenaikan 0,2%. Demikian dikutip dari Antara, Kamis (11/3/2021).

Dolar AS juga melemah karena imbal hasil (yields) obligasi pemerintah AS turun. Indeks dolar telah naik saat lonjakan imbal hasil obligasi pemerintah AS tahun ini.

Baca Juga: Indeks Dolar Melemah Tertekan Penurunan Bunga Obligasi AS

Imbal hasil obligasi turun dan harga naik setelah lelang obligasi AS 10-tahun menunjukkan permintaan lemah dengan rasio bid-to-cover (ukuran permintaan sekuritas tertentu selama penawaran dan lelang) yang lebih rendah dari rata-rata.

Lelang obligasi pemerintah telah diawasi dengan ketat setelah permintaan yang buruk untuk lelang obligasi AS 7-tahun dua minggu lalu memicu aksi jual obligasi pemerintah. Lelang obligasi pemerintah AS 30-tahun dijadwalkan pada Kamis waktu setempat.

Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap sekernajang enam mata uang saingannya, turun 0,17% menjadi 91,845.

Euro menguat 0,16% menjadi USD1,19195 menjelang pertemuan Bank Sentral Eropa (ECB) pada Kamis waktu setempat.

(Feby Novalius)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement