JAKARTA - Di daerah Brebes, Jawa Tengah terdapat sentra pengrajin sanggul. Satu di antaranya adalah Junaenah. Usaha sanggul pasangannya merupakan warisan dari orang tuannya.
Mulai tahun 1970, tangan Junaenah sudah mulai terampil membuat sanggul pasangan. Awalnya hanya bisa memuat sanggul pasangan dengan model jawa saja.
Tapi setelah sekian lama terus menekuni bisnis usaha sanggul pasangan ini, dari pengalaman sekian tahun, sekarang ini sudah banyak model sanggul moderen yang telah dibuat ibu Junaenah.
Proses awal pembuatan sanggul adalah merapikan potongan rambut, setelah itu baru diproses.
Untuk mendapatkan bahan rambut tadi, kebanyakan dari Jakarta di daerah Cilengsi. Dia membeli biasanya dengan bentuk rol-rolan. Ada juga yang masih berupa potongan rambut panjang.
Baca Juga: Kisah Effendi, Diajak Pengusaha Tegal Kini Ekspor Sarung Tenun ke Arab
Baru setelah itu oleh diproses dengan berbagai bentuk sanggul dengan cara ditata sesui model dengan cara dijahit. Ternyata banyak sekali jenis sanggul yang memiliki masing-masing nama yang diproduksi oleh ibu Junainah.
Mulai sanggul dewi tanggung, dewi mini, dan masih banyak model sanggul olah kreatif dari tangan ibu Junaenah.
Untuk masalah harganya, tergantung model juga kualitas dari rambutnya.
“Untuk sanggul yang desainya sederhana dan ukurannya kecil biasanya dijual dengan harga Rp5 ribu sampai Rp10 ribu. Untuk bentuk sanggul yang membutuhkan bahan rambut banyak dan juga tampilannya elegant, harganya bisa mencapai Rp30 ribu sampai Rp50 ribu.” ujarnya di kota Pemalang, Jateng.
Pesanan sanggul yang model untuk pernikahan kebanyakan datang dari para perias manten. Untuk digunakan sebagai pelangkap asisoris mahkota buat memperlai perempuan.
“Umumnya untuk bentuk sanggulnya memakai model jawa, ukurannya lebih besar dan bervariatif dibandingkan dengan bentuk sanggul yang dipakai para danyang-danyangnya, ukuran sanggulnya umumnya lebih kecil,”jelasnya.