JAKARTA - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berencana menukar utang PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, dengan saham (debt equity swap). Langkah itu bagian restrukturisasi utang emiten yang mencapai Rp70 triliun.
Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo menyebut, opsi debt equity swap akan membuat pemegang saham terdilusi. Artinya, adanya penurunan kepemilikan saham karena bertambahnya jumlah saham yang beredar.
"Memang opsi ini akan membuat pemegan saham terdilusi. Dampak akhirnya, siapa yang memberi utang (kredit) terbesar, maka dia akan menjadi pemilik saham terbesar. Bila nantinya kesepakatannya seperti itu," ujar Kartika Kamis, (9/6/2021).
Baca Juga:Â Makin Kritis! Garuda Indonesia Cuma Operasikan 50 Pesawat, Keuangan Minus
Kementerian BUMN menegaskan restrukturisasi utang Garuda Indonesia wajib dilakukan untuk menyelamatkan emiten dari jurang kebangkrutan. "Kami juga akan memperhatikan bagaimana kontrak dengan leasing, seberapa efisien. Apakah kita kerja sama dengan airlines lain," kata dia.
Dia pun membeberkan permasalahan emiten berupa harga sewa pesawat yang tinggi sehingga menimbulkan permasalahan jangka panjang.
Baca Juga:Â Sedih! Tak Terlihat Beroperasi, Banyak Pesawat Garuda Dikembalikan
"Pesawat yang di sewa di masa lalu itu terlalu banyak dan kemahalan. Ini menjadi penyakit masa lalu Garuda, di mana cost structure-nya (struktur biaya) jauh melebihi dari maskapai yang ada," tuturnya.