”Jadi seandainya ada sudden reversal karena mungkin gejolak ekonomi di mana investor asing untuk sementara harus pull out dan lakukan penjualan saham-sahamnya, terbukti beberapa saat lalu kita lihat indeks kita tetap dapat bertahan karena ada support atau dukungan penuh dari akivitas para investor domestik khususnya dari investor ritel kita," kata Hasan.
Hasan menambahkan, rupanya sumber pertumbuhan dan euforia dari investor ritel tersebut datangnya dari investor usia muda. Angka pertumbuhan tertinggi tercatat dari investor berusia 18-25 tahun atau generasi Z yang tumbuh 36% per Mei 2021. Lalu disusul oleh generasi milenial atau investor dengan rentang usia 26-30 tahun dan usia 31-40 tahun yang masing-masing tumbuh 19% dan 22%. Sedangkan investor yang berusia di atas 40 tahun tumbuh 23%. "Mudah-mudahan ini jadi demografi yang sangat baik yang menunjnag tingkat ketahanan pasar kita pada saat misalnya terjadi gejolak sesaat atau krisis yang kita hadapi," ujar Hasan.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)