JAKARTA - PT PAM Mineral Tbk hari ini melaksanakan penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan mineral nikel ini menggunakan kode saham NICL.
NICL melepas sejumlah 2 miliar saham kepada publik atau setara dengan 20,7 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh Perseroan, dengan harga Rp100 per saham. Perseroan menunjuk PT Danatama Makmur Sekuritas selaku Penjamin Pelaksana Emisi (Underwriter).
Direktur Utama PAM Mineral, Ruddy Tjanaka, mengatakan, langkah perusahaan melalui IPO adalah bagian dari strategi meningkatkan kapasitas pendanaan perusahaan dan tata kelola untuk menjadi lebih baik lagi. Pihaknya optimis dengan prospek bisnis pertambangan mineral nikel yang dijalankan perseroan saat ini.
"Jumlah pasokan nikel yang terbatas karena permintaan yang semakin meningkat dari industri kendaraan listrik (Electric Vehicle (EV)). Market share untuk kendaran listrik (EV) yang akan meningkat dari 2,5% pada tahun 2019 menjadi 10% pada tahun 2025. Market share untuk industry EV diprediksikan akan meningkat menjadi 28% di tahun 2030 dan 58% di tahun 2040. Pada tahun 2019, konsumsi nikel untuk bahan baku baterai akan mencapai 7% dari total konsumsi global. Diperkirakan pada tahun 2022, permintaan nikel akan melebihi pasokan/supply yang ada. Potensi yang besar bagi Perseroan untuk bertumbuh mengingat saat ini baru sebagian kecil dari area yang dieksploitasi," ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (9/7/2021).
Baca Juga: Listing di Bursa, Pam Mineral Bidik Rp200 Miliar
Dari aksi korporasi ini, Perseroan akan menerima dana segar sebesar Rp200 miliar, dimana dana yang diraih Perseroan dari IPO ini setelah dikurangi biaya emisi, utamanya sekitar Rp72 miliar akan dipergunakan untuk pengembangan usaha perseroan dan anak perusahaan, IBM, yakni sebesar 30 persen untuk eksplorasi penambahan cadangan bijih nikel di area blok kerja perseroan.
Blok kerja tersebut antara lain blok yang diberi nama BCL, Raisa, Kartini, Tiara, dan Syahrini dengan total luas sekitar 51 hektare yang berada di dalam area pertambangan dengan IUP atas nama perseroan di Morowali, dan sekitar 70 persen akan dipergunakan oleh Entitas Anak, PT Indrabakti Mustika (IBM), untuk program eksplorasi lanjutan pengeboran spasi detail (infill drilling) penambangan cadangan bijih nikel di area blok kerja Kolaka Cendana, Longori, Silae, Komia, Kuma, Kondole dengan total luas 183 hektare di Konawe Utara. Kedua pengembangan usaha itu direncanakan dimulai pada paruh kedua 2021.