JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menilai pandemi Covid-19 telah mentransformasi ekonomi di Indonesia. Di mana perilaku masyarakat saat ini lebih banyak ke arah digital.
Hal ini juga didukung masifnya perkembangan teknologi, yang membuat perekonomian lebih cepat, mudah, dan bisa dilakukan di mana saja dan tanpa batas waktu. Termasuk urusan bisnis dan cara bertransaksi.
Baca Juga:Â Utang Luar Negeri RI Tembus Rp6.017 Triliun, BI Klaim Masih Sehat
"Digital disruption mengubah cara bertransaksi, perdagangan dan sistem ekonomi secara umum. Dan ini akan mempengaruhi segala hal," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono, dalam webinar PPM School of Management, Sabtu (17/7/2021)
Sistem ekonomi digital tidak hanya berbicara ihwal perubahan cara bertransaksi ataupun berdagang. Namun juga peluang munculnya pemain bisnis baru, sebuah model bisnis yang tidak ada di era konvensional.
Baca Juga:Â Berapa Utang Luar Negeri Indonesia? Kini Tembus Rp6.017 Triliun
"Yang dimaksud pemain baru di sini bukan hanya pemain di dunia bisnis, bahkan pesaing bank sentral pun sudah ada," singgung Erwin.
 ank Indonesia memahami banyak kompetitor dalam bisnis bank sentral. Erwin melihat hal itu dengan mengambil contoh cryptocurrency dan uang digital media sosial (Libra dari Facebook).
"Siapa yang pernah berfikir bahwa bank sentral dapat pesaing dari sosial media. Jadi disrupsi itu nyata, bahkan untuk bank sentral," ujarnya.
BI yang notabene posisinya sebagai pembuat kebijakan atau 'policy maker' di Indonesia, mencoba menjinakkan digital disrupsi tidak hanya mengantisipasi keburukan saja, melainkan mencari peluang bisnis yang dapat dikembangkan.