"Bayangkan spekulasi seperti sebuah lomba lari sprint 100 meter, sementara investasi adalah marathon 42 km. Keduanya memiliki strategi yang berbeda untuk bisa sukses," katanya.
Menurut Katarina, investasi yang baik sudah mengintegrasikan aspek perencanaan keuangan pribadi untuk menentukan keputusan investasi. Jadi berbagai faktor seperti tujuan finansial, jangka waktu investasi, kebutuhan likuiditas, dan profil risiko, menjadi faktor penting yang menjadi bahan pertimbangan. Oleh karena itu tingkat risiko investasi dapat ditekan oleh perencanaan yang baik.
"Sementara itu spekulasi bersifat jangka pendek dan untung-untungan. Aksi spekulan biasanya didorong oleh rumor dan tanpa perencanaan atau riset yang baik. Oleh karena itu tingkat risiko spekulasi relatif tinggi, bisa untung besar dan sebaliknya juga bisa rugi besar," ujar Katarina.
Ia menilai,saat ini masih belum banyak masyarakat yang mengenal atau belum paham soal investasi sehingga rawan sekali adanya penipuan yang mengatasnamakan investasi, ataupun aksi spekulasi yang dianggap sebagai investasi.
"Kami memiliki modul edukasi yang kita sebut 3i yaitu insyaf, irit, invest, yang diluncurkan sejak 2013. Kami mengajarkan ke masyarakat dari berbagai lapisan, proses investasi. Dari mulai insyaf, dan sadar akan gaya hidup berlebih, kemudian berlanjut untuk lebih irit atau berhemat, sampai sisa dana kemudian diinvestasikan demi masa depan yang cerah," kata Katarina.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)