JAKARTA – Bisnis industri penerbangan di tengah pandemi sangat tertekan. Pasalnya tidak ada penerbangan, tapi operasional harus terus berjalan.
Kondisi ini memperburuk PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA). Perseroan terancam pailit dikarenakan krisis keuangan/
Apabila Garuda Indonesia bangkrut maka akan menambah jumlah daftar maskapai penerbangan Indonesia yang bangkrut.
Berikut fakta yang dirangkum Okezone, Sabtu (30/10/2021). mengenai Garuda Indonesia hingga 11 maskapai penerbangan RI yang bangkrut.
1. Restrukturisasi Solusi Utang yang Menggunung
Restrukturisasi utang melalui skema Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) untuk utang jatuh tempo sebesar Rp70 triliun dari total Rp140 triliun pun menjadi pilihan utama.
Baca Juga: Pelita Air Kantongi Izin Terbang Berjadwal, Beneran Nih Gantikan Garuda?
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan, di tengah tekanan kinerja usaha yang dihadapi seluruh pelaku industri penerbangan, langkah restrukturisasi menjadi opsi tepat dan relevan dalam menunjang upaya pemulihan kinerja perusahaan.
"Langkah restrukturisasi tersebut yang saat ini terus kami perkuat melalui sinergitas BUMN salah satunya bersama Pertamina," ujar Irfan, Kamis (28/10/2021).
2. Pernah Rugi Rp13,1 Triliun
Selain utang, Garuda Indonesia mencatatkan kerugian pada Semester I-2021 sebesar USD904,9 juta atau setara Rp13,1 triliun (kurs Rp 14.400 per USD).
Baca Juga: Soroti Utang Garuda Indonesia, MUI: Bisa Ditutup dan Mati
Tak hanya itu, Kementerian BUMN memastikan Garuda Indonesia tidak menerima suntikan dana berupa penyertaan modal negara (PMN) untuk menyelamatkan kinerja keuangannya.
3. Garuda Indonesia Bergantung Pada Pertamina
Menurut Dahlan, bisnis Garuda Indonesia bergantung pada PT Pertamina (Persero).
"Maka nyawa Garuda Indonesia sebenarnya ada di tangan Pertamina, bukan di perusahaan penyewa pesawat di Amerika atau Eropa," tulis Dahlan melalui laman disway.id, dikutip, Jakarta, Selasa (26/10/2021).
Dahlan melihat perkara lain bila Garuda dipailitkan. Pasalnya, selama ini Pertamina terus-menerus mengirim bahan bakar kepada Garuda. Transaksi ini membuat perusahaan negara di sektor energi itu mencatat kerugian.
"Betapa ruginya Pertamina di transaksinya dengan Garuda atau Pertamina menjual bahan bakar ke Garuda dengan harga lebih mahal, memasukkan risiko ke dalam harga? Tentu hanya Pertamina dan Garuda yang tahu," katanya.