JAKARTA - Harga minyak dunia naik ke level tertinggi satu minggu pada akhir perdagangan Selasa. Harga minyak naik setelah langkah Amerika Serikat dan negara-negara konsumen lainnya untuk melepaskan puluhan juta barel minyak dari cadangan mereka guna mencoba mendinginkan pasar, gagal memenuhi beberapa harapan.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Januari melonjak USD2,61 atau 3,3%, menjadi menetap di USD82,31 per barel. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Januari naik USD1,75 atau 2,3%, menjadi ditutup di USD78,50 per barel.
Baca Juga: Harga Minyak Menguat 1% Didukung Rencana OPEC terhadap Produksi
Amerika Serikat mengatakan pada Selasa (23/11/2021) akan melepas jutaan barel minyak dari cadangan strategis berkoordinasi dengan China, India, Korea Selatan, Jepang dan Inggris, untuk mencoba mendinginkan harga setelah produsen OPEC+ berulang kali mengabaikan seruan untuk lebih banyak memasok minyak mentah.
Tetapi, para analis mengatakan efek pada harga kemungkinan akan berumur pendek setelah bertahun-tahun penurunan investasi dan pemulihan global yang kuat dari pandemi COVID-19.
Baca Juga: Harga Minyak Anjlok 5,8%, Brent Dijual di Bawah USD80/Barel
Pembicaraan tentang pelepasan cadangan terkoordinasi, dolar AS yang kuat dan potensi pukulan terhadap permintaan energi dari gelombang keempat kasus COVID-19 di Eropa telah menyebabkan harga Brent turun lebih dari 10% sejak mencapai level tertinggi tiga tahun di USD86,70 pada 25 Oktober.
Pemerintahan Presiden Joe Biden mengatakan akan melepaskan 50 juta barel dari cadangan minyak strategis (SPR) AS, yang akan mulai memasuki pasar pada pertengahan hingga akhir Desember.
"Pelepasan SPR terkoordinasi lebih kecil dari perkiraan dan tidak diragukan lagi akan dipenuhi oleh lebih sedikit produksi dari OPEC+," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA, mencatat "Tidak ada yang akan terkejut jika (OPEC+) mengurangi rencana produksi mereka."