JAKARTA - China meminta Indonesia menghentikan pengeboran migas dan pelatihan militer di laut Natuna. Mereka mengklaim wilayah tersebut adalah teritori mereka.
Akan tetapi ada permintaan dari China, Indonesia tidak menggubris, bahkan hingga eksplorasi di laut Natuna sudah selesai akhir November lalu. Pasukan keamanan dari Bakamla dan TNI AL juga dikerahkan tiap adanya eksplorasi.
Kejadian ini tidak terjadi sekali. Tahun 2016 lalu, terjadi konflik antara Indonesia dengan China atas Natuna. Demikian pula tahun 2020 lalu. Lantas, mengapa China begitu agresif mengklaim Natuna sebagai wilayahnya?
Baca Juga:Â Heboh China Minta Indonesia Stop Pengeboran Minyak di Natuna
Mengutip laman Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Natuna, Senin (6/12/2021), ada 4 'harta karun' yang membuat Natuna jadi incaran.
Pertama, potensi sumber daya perikanan. Berdasarkan studi identifikasi potensi sumber daya kelautan dan perikanan Provinsi Kepulauan Riau tahun 2011, potensi ikan laut Natuna mencapai 504.212,85 ton per tahun. Angka itu hampir 50 persen dari potensi Wilayah Pengelolaan Perikanan atau WPP 711 (Laut China selatan, Laut Natuna, dan Selat Karimata) yang menyentuh 1.143.341 ton per tahun.
Kedua, potensi migas. Berdasarkan catatan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Blok East Natuna mempunyai kandungan volume gas di tempat (Initial Gas in Place/IGIP) sebanyak 222 triliun kaki kubik (tcf), serta cadangan sebesar 46 tcf. Potensi minyak di blok itu mencapai 36 juta barel minyak, namun baru dimanfaatkan sekitar 25 ribu barel minyak.