Oleh sebab itu, hal-hal tersebut bisa diminimalkan. Adapun solusinya yaitu pemerintah menahan rencana kenaikan tarif listrik, BBM, dan penghapusan Pertalite.
“Solusinya, tahan dulu rencana kenaikan tarif listrik, BBM, dan penghapusan pertalite. Jangan buru-buru berikan beban baru ke masyarkat,” tutur Bhima.
Tambah dia, selain itu pemerintah juga bisa melakukan hal lainnya. Seperti memastikan stok pangan dalam negeri setidaknya jelang ramadhan mencukupi. Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) perlu kerja keras memetakan risiko kebutuhan pangan di tiap daerah.
“Sedikit saja ada gejolak langsung dicari solusinya. Awasi juga praktik penimbunan bahan pangan impor dan penyelundupan di daerah rawan dan perbatasan,” lanjutnya.
Kemudian, kata Bhima, substitusi produk impor harus segera disiapkan terutama pangan dan bahan baku industri karena gejolak harga barang impor berisiko terjadi. Pelajaran pentingnya, ketergantungan beberapa komoditas pangan impor di saat harga pangan internasional naik dan Rupiah melemah akan menimbulkan imported inflation.
“Berdasarkan data World Bank Commodity Prices per November 2021, indeks harga makanan secara global telah meningkat sebesar 20% dibanding tahun sebelumnya. Situasi harga pangan impor sudah membahayakan. Pemerintah dan BI perlu jaga stabilitas nilai tukar rupiah dengan berbagai cara, sehingga fluktuasi harga pangan impor tidak terlalu menekan konsumen di dalam negeri,” jelas Bhima.
(Feby Novalius)