Lebih detail Mendag menjelaskan, trade tersebut berasal dari kabar perdagangan antara Indonesia dengan China yang tumbuh pesat, yakni ekspor-impor mencapai USD 100 miliar. Di mana pada 2021 defisit USD2,45 miliar, angka ini merupakan yang terendah sejak ditandatanganinya China ASEAN Free Trade Agreement pada tahun 2006 atau 2007 silam.
"Jadi nilai ini yang terendah, dan ini merupakan defisit terendah dimana angkanya hanya sepertiga daripada tahun lalu yaitu USD 7,85 miliar yang sebenarnya juga terendah karena sebelumnya pada tahun 2019 itu lebih dari USD 15 miliar dolar," ungkapnya.
Lanjut Mendag menjelaskan, surplus tertinggi berasal dari Amerika Serikat yakni pada 2022 tumbuh dari USD10,04 miliar menjadi USD14,52 miliar atau tumbuh 44,63%.
"Yang juga sangat menggembirakan adalah pertumbuhan dan perdagangan kita juga dengan Filipina yaitu tumbuh sekitar 38% dari USD5,31 miliar menjadi USD7,33 miliar. Dan sepertiga dari USD7,33 miliar ini datangnya dari ekspor otomotif kita," ucapnya.
Lutfi menambahkan, pertumbuhan dan perdagangan RI juga surplus dengan Vietnam dan ada tiga negara yang mengalami surplus terbesar yaitu dengan Australia yaitu USD6,2 miliar, karena pada saat itu RI membeli banyak barang-barang pembantu dari Australia.
(Feby Novalius)