JAKARTA - Ekonomi Indonesia diharapkan memiliki pertumbuhan yang berkualitas. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan pertumbuhan ekonomi berkualitas diperlukan agar pemulihan lebih merata dan semakin terakselerasi.
"Kita tidak hanya berusaha melakukan pemulihan dari produk domestik bruto (PDB), tapi kita lihat kualitas pertumbuhannya," katanya, Rabu (9/2/2022).
Sri Mulyani menuturkan pertumbuhan ekonomi harus disertai dengan penurunan tingkat pengangguran, kemiskinan dan gini ratio karena tiga aspek ini merupakan indikator utama kualitas pertumbuhan.
Dia menjelaskan pertumbuhan ekonomi harus bisa menciptakan lapangan kerja, mengentaskan kemiskinan serta menciptakan pembangunan dan kesejahteraan yang lebih merata bagi masyarakat.
"Jadi, tidak menciptakan kesenjangan yang semakin lebar antara kaya dan miskin," ujarnya.
Menurutnya, sejauh ini arah dari kualitas pertumbuhan Indonesia sudah cukup baik yang berarti setiap satu% pertumbuhan mampu mengurangi kemiskinan, pengangguran, dan lainnya.
"Kita akan terus membuat jalur agar kita terus mencapai pertumbuhan yang lebih baik," tegasnya.
Indonesia secara kumulatif sepanjang 2021 tumbuh positif mencapai 3,69% (yoy) atau lebih baik dibandingkan 2020 yang mengalami kontraksi 2,07%. Tingkat kemiskinan di Indonesia juga terus mengalami penurunan dari awalnya pada Maret 2015 sebesar 11,22% menjadi 9,22% pada September 2019.
Di sisi lain, tren penurunan ini terhenti pada 2020 seiring COVID-19 mulai memasuki Indonesia yakni menjadi 9,78% pada Maret 2020, namun mulai kembali membaik ke level 9,71% pada September 2021.
Sementara itu, dari sebanyak 140,15 juta orang angkatan kerja per Agustus 2021 terdapat 9,1 juta orang pengangguran atau 6,49%. Angka tersebut sudah turun 0,67 juta orang dari Agustus 2020 yang sebanyak 9,77 juta orang atau 7,07% dari total angkatan kerja.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)