3. Anthoni Salim
Anthoni Salim adalah orang di balik kepemimpinan Salim Group dengan investasi dalam bidang makanan, ritel, perbankan, telekomunikasi, hingga energi. CEO Indofood yang meraup USD5,8 miliar pendapatan (setara Rp82,9 triliun) ini juga telah berhasil membangun usaha mi instan terbesar di dunia. Punya harta, USD8,5 miliar (Rp121,5 triliun).
Keluarga Salim memiliki saham di perusahaan investasi eksis di Hong Kong, First Pacific, yang memiliki aset senilai USD2,7 miliar (Rp38,6 triliun) di enam negara. Anthoni sendiri merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara, anak-anak dari mendiang Liem Sioe Liong yang sangat dekat dengan Presiden Suharto.
Tepat setelah Suharto "turun takhta" pada 1998, keluarga Salim kehilangan kendalinya atas BCA. Hal inilah yang kemudian memungkinkan Hartono bersaudara mengambil alih kuasa itu beberapa tahun kemudian.
4. Sri Prakash Lohia
Keuntungan Sri Prakash Lohia mayoritas berasal dari produksi PET dan petrokomia lainnya. Ia dan sang ayah sebelumnya pindah ke Indonesia dan mendirikan Indorama Corporation sebagai pembuat benang pintal. Punya harta USD6,3 miliar (Rp90 triliun)
Saat ini, Lohia telah menghasilkan pembangkit listrik petrokimia. Ia juga membuat produk industri lain seperti pupuk poliolefin, bahan baku tekstil, hingga sarung tangan medis.
Saat ini, Lohia masih memimpin Indorama Corp., hanya saja dirinya tinggal di London. Amit, putranya, adalah wakil pimpinan dari perusahaan tersebut. Sementara itu, adik Amit, Aloke Lohia yang juga seorang miliarder, tinggal di Thailand dan menjalankan usaha produsen polimer PET Indorama Ventures Public Co.
5. Prajogo Pangestu
Putra dari seorang pedagang karet, Prajogo memulai bisnis kayunya pada akhir tahun 1970-an. Ia mendirikan Barito Pacific Timber yang go public pada 1993 silam dan berganti nama menjadi Barito Pacific setelah bisnis kayunya dikurangi pada 2007. Punya harta USD5,5 miliar (Rp78,6 triliun)
Di tahun yang sama, perusahaan itu mengakuisisi 70% dari perusahaan petrokimia Chandra Asri yang juga diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Chandra Asri bergabung dengan Tri Polyta Indonesia dan menjadi produsen petrokimia terintegrasi terbesar Indonesia pada 2011. Juli tahun ini, Thaioil mengakuisisi 15% saham Chandra Asri dan akan mengembangkan situs petrokimia kedua pada 2022 mendatang.