Pendapatan tes esoterik mengalami peningkatan sebesar 42,7% pada tahun 2021 menjadi Rp999,2 miliar. Pendapatan tes rutin juga meningkat 40,1% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Jumlah kunjungan pelanggan (patient visit) juga mengalami peningkatan 8,2% menjadi lebih dari 2,2 Juta pada tahun 2021.
Total aset Perseroan pada tahun 2021 mencapai Rp2,72 triliun yang terdiri dari Aset lancar sebesar Rp1,77 triliun dan aset non lancar menjadi Rp949,50 miliar. Pada tahun 2021, total ekuitas naik menjadi sebesar Rp2,25 triliun dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp1,79 triliun. Sedangkan, total liabilitas sebesar Rp466,27 miliar yang terdiri dari total liabilitas jangka pendek sebesar Rp268,91 miliar dan total liabilitas jangka panjang sebesar Rp197,36 miliar. Perseroan mencatat kenaikan jumlah permintaan layanan home service yang meningkat 154,8%.
Pemesanan Pemeriksaan kesehatan melalui Prodia Mobile juga mengalami kenaikan yang signifikan sebesar 913,9% menjadi 138.504. Selain itu, Perseroan mencatatkan jumlah pelanggan baru pada periode 2021 sekitar 1,3 juta pelanggan baru. Secara akumulatif, Perseroan mencatatkan arus kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi pada tahun 2021 dalam posisi surplus menjadi sebesar Rp777,26 miliar meningkat dari Rp434,63 miliar pada tahun 2020.
Peningkatan akun arus kas bersih dari aktivitas operasi ini disebabkan oleh meningkatnya penerimaan kas dari pelanggan sebesar 38,7% menjadi Rp2.60 triliun pada tahun 2021. Dengan tingkat posisi kas dan setara kas sebesar Rp607,83 miliar, Perseroan memiliki posisi keuangan yang solid untuk mendukung kesinambungan operasi dan pengembangan bisnis Perseroan.
Per 31 Desember 2021, sisa dana hasil penawaran umum Perseroan adalah Rp404,34 miliar dan total dana IPO yang telah digunakan adalah Rp744,29 miliar. Dari total dana hasil IPO yang telah digunakan per 31 Desember 2021, sebesar Rp511,72 miliar digunakan untuk pengembangan jejaring outlet, Rp145,24 miliar untuk peningkatan kemampuan dan kualitas layanan, dan Rp87,33 miliar untuk modal kerja.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)