JAKARTA - Harga minyak goreng di Indonesia disebut bisa kembali murah dan stabil dengan beberapa cara yang harus diterapkan.
Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga mengatakan, harga minyak goreng dalam negeri bisa lebih murah dan stabil jika pemerintah memiliki roadmap jelas dalam mengelola industri minyak kelapa sawit.
"Karena kita ini produksi nggak ada masalah. Produksi 49 juta ton per tahun, kebutuhan domestik hanya 35% untuk biokimia dan makanan seperti minyak goreng ini. Dan kita ikut harga pasar memang seperti itu," ujar Sahat dalam Market Review IDX Channel, Kamis (24/3/2022).
BACA JUGA:Emak-Emak Ngamuk saat Operasi Pasar Minyak Goreng Curah: Saya Tak Terima!
Dia mengusulkan agar pemerintah meningkatkan serapan minyak sawit dalam negeri agar produsen tidak menjualnya ke luar negeri, minimal di level 65%.
Caranya dengan menggaet industri untuk pindah ke Indonesia dan menggunakan minyak dalam negeri untuk operasionalnya.
"Dengan pungutan ekspor yang tinggi, maka harga minyak sawit untuk domestik pastinya lebih murah. Maka harusnya industri lebih senang di sini jadi mereka pindah ke sini," katanya.
Jika bisa mencapai level 65%, Indonesia bisa menjadi penentu harga minyak sawit dunia.
BACA JUGA:Mengintip Kebijakan Mendag soal Minyak Goreng, Sudah Beres?
Namun, tujuan ini harus dirinci dalam roadmap yang jelas.
"Misalnya Presiden mau 2028 Indonesia jadi penentu harga sawit, ya sudah undang industri investasi di sini," pungkasnya.
Diketahui, pemerintah memutuskan melepas harga minyak goreng kemasan sesuai harga pasar.
Imbasnya, harga minyak goreng kemasan meroket hingga Rp25 ribu per liter.
(Zuhirna Wulan Dilla)