JAKARTA – India telah melarang ekspor gandum atau menjadi negara terbaru yang melakukannya karena harga gandum melonjak tahun ini sebagian karena perang Rusia-Ukraina.
Perang telah memicu lonjakan besar dalam harga gandum, dengan Rusia dan Ukraina di antara pengekspor komoditas terbesar. Kedua negara tersebut menyumbang 29% dari ekspor gandum global, menurut Bank Dunia.
Harga gandum melonjak sekitar 6% pada hari Senin setelah pengumuman akhir pekan India.
“Dengan harga pangan yang sudah tinggi karena gangguan rantai pasokan terkait COVID dan penurunan hasil panen tahun lalu, invasi Rusia datang pada saat yang buruk bagi pasar pangan global,” kata Peterson Institute for International Economics (PIIE), Washington D.C.- think tank berbasis, dalam catatan April seperti dilansir dari CNBC, Rabu (18/5/2022).
Baca Juga: India Stop Ekspor Gandum, Mendag: Semua Negara Prioritaskan Kepentingan Nasional
Rusia dan Ukraina termasuk di antara lima pengekspor global teratas untuk banyak sereal dan biji minyak penting, seperti jelai, bunga matahari dan minyak bunga matahari, serta jagung, menurut PIIE.
India tidak sendirian. Selain Rusia dan Ukraina, Mesir, Kazakhstan, Kosovo, dan Serbia juga telah melarang ekspor gandum.
Bukan hanya gandum, banyak negara juga telah menerapkan larangan ekspor makanan lainnya karena inflasi global yang melonjak akibat krisis Ukraina.
Harga telah melonjak untuk berbagai macam produk makanan lainnya, berkontribusi terhadap kenaikan inflasi di seluruh dunia. Beberapa produk tersebut antara lain minyak bunga matahari, minyak sawit, pupuk dan biji-bijian.
Baca Juga: Ekspor RI Capai USD27,3 Miliar, Kemenkeu Tetap Waspadai Perang Rusia-Ukraina
Selain harga pangan yang naik, pasokan berbagai produk pangan juga tidak menentu.
Ukraina belum dapat mengekspor biji-bijian, pupuk dan minyak sayur, sementara konflik juga menghancurkan ladang tanaman dan mencegah musim tanam yang normal.
Pemerintah juga menuduh Rusia mencuri beberapa ratus ribu metrik ton biji-bijian dan menjualnya kembali. Kementerian luar negeri Rusia tidak segera menanggapi permintaan komentar CNBC.
“Seiring perang berlanjut, ada kemungkinan yang berkembang bahwa kekurangan pangan, terutama biji-bijian dan minyak sayur, akan menjadi akut, membuat lebih banyak negara beralih ke pembatasan perdagangan,” tulis analis PIIE Joseph Glauber, David Laborde dan Abdullah Mamun.
Selama akhir pekan, Kelompok 7 negara industri mengeluarkan peringatan tentang risiko krisis kelaparan dunia kecuali Rusia mencabut blokade terhadap gandum Ukraina yang saat ini tertahan di pelabuhan Ukraina, menurut Financial Times.