Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Sri Mulyani Soal Tingginya Inflasi Terus Menghantui hingga 2023

Michelle Natalia , Jurnalis-Rabu, 08 Juni 2022 |15:12 WIB
Sri Mulyani Soal Tingginya Inflasi Terus Menghantui hingga 2023
Sri Mulyani waspadai risiko ekonomi global (Foto: Okezone)
A
A
A

JAKARTA – Risiko ekonomi global mulai dari kenaikan suku bunga hingga inflasi akan berlanjut hingga 2023. Meskipun demikian, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan dirinya tetap optimis bahwa di tahun 2023 momentum pemulihan ekonomi tetap berjalan.

"Dari pertemuan kami dengan Islamic Development Bank (IsDB), memang pembahasan mengenai risiko global dirasakan betul dan menjadi bahan pembahasan dalam Governors Roundtable Discussion dimana kita membahas mengenai munculnya risiko terutama dari sisi kenaikan inflasi karena kenaikan harga energi dan pangan yang mengakibatkan pengetatan moneter," ujar Sri dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR RI di Jakarta, Rabu (8/6/2022).

Dia menyebutkan, dalam forum itu, diskusi yang dibahas adalah seberapa cepat dan ketat kebijakan moneter untuk menangani inflasi yang akan berdampak pada perlemahan dari sisi produksi. Hal ini, kata Sri, yang akan terus menjadi bahan pembahasan pada level kebijakan makro di semua forum ekonomi dan keuangan, dan bahkan diprediksi akan muncul pembahasannya dalam diskusi forum G20.

"Jadi dalam konteks ini, kita akan lihat dampaknya. Kalau seandainya pengetatannya cepat dan tinggi, maka dampak terhadap perlemahan ekonomi global akan terlihat spillovernya ke seluruh dunia, dan kedua, asumsi terhadap inflasi dan nilai tukar akan menghadapi kemungkinan terjadinya hal tersebut," papar Sri.

Tetapi, sambung dia, pembahasan secara teknis mengenai masalah growth dan tantangan global ini semuanya sepakat bahwa persoalan inflasi di dunia saat ini kontribusi dari sisi produksi atau supply lebih dominan dibandingkan kontribusi dari sisi permintaan. Implikasi kebijakannya adalah jika kebijakan makro yaitu fiskal dan moneter terlalu cepat atau ketat, yang tujuannya akan lebih cepat mempengaruhi sisi demand, sebenarnya tidak menyelesaikan masalah dari sisi supply.

"Ini karena masalah awalnya terletak di sisi supplynya, yang pasokannya terkena disrupsi karena perang maupun karena pandemi, Ini akan menjadi tema terus menerus dari sekarang hingga tahun 2023 karena dinamika demand dan supply serta instrumen mana yang dianggap paling pas untuk bisa menyelesaikan potensi terjadinya stagflasi tanpa menimbulkan risiko ekonomi yang sangat besar. Ini yang akan menjadi tema di dalam kebijakan makro dan mikro, bahkan ke sektoral," pungkas Sri.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement