Selain belum tentu bisa menjamin stok pangan yang cukup, karakteristik lahan yang dibuka untuk pertanian juga belum tentu cocok.
“Proyek mencetak lahan sawah baru tidak tepat untuk meningkatkan ketahanan pangan. Jika dilakukan secara tergesa-gesa, proyek pencetakan lahan sawah baru yang memakan modal besar ini malah menimbulkan risiko gagal panen yang merugikan petani dan risiko kerusakan lingkungan yang lebih besar,” bebernya.
Maka dari itu Azizah mengimbau pemerintah sebaiknya tidak mengulang kesalahan dengan menciptakan program pencetakan sawah secara masif seperti pada Proyek Pengembangan Lahan Gambut Satu Juta Hektar di Kalimantan Tengah yang pernah dilakukan di bawah pemerintahan Presiden Soeharto.
Proyek tersebut menunjukkan bahwa lahan gambut tidak cocok untuk padi serta pengolahan lahan gambut juga memperparah perubahan iklim akibat pelepasan karbon yang dikandungnya ke udara.
Selain itu, dia juga bilang pemerintah sebaiknya lebih fokus meningkatkan kapasitas petani dengan melalui pelatihan, penyuluhan dan bimbingan soal penggunaan alat-alat pertanian yang lebih efisien dan pembaharuan metode tanam.
"Investasi untuk peralatan pasca panen seperti mesin pengering juga penting demi meningkatkan kualitas beras yang kini menjadi makanan pokok bagi mayoritas masyarakat Indonesia," sebut Azizah.
Terakhir, pemerintah juga perlu memikirkan bagaimana memberikan petani akses permodalan yang skema pembayarannya ramah terhadap kegiatan bercocok tanam mereka.
(Zuhirna Wulan Dilla)