Ini yang kemudian menimbulkan, dari sisi pasokan, risiko perlambatan ekonomi global, dan dari sisi kenaikan harga menimbulkan risiko dan terjadinya kenaikan inflasi di berbagai belahan dunia.
"Faktor kedua adalah pengetatan kebijakan moneter di Amerika Serikat (AS), dan di berbagai negara maju. Pengetatan moneter ditempuh oleh bank-bank sentral terutama di negara-negara yang pertumbuhan ekonominya terus meningkat seperti di AS, dan atau di negara-negara yang karena inflasinya tinggi, disebabkan karena tidak adanya ruang fiskal atau menaikkan subsidi di negara-negara tersebut," jelasnya.
Tidak adanya ruang fiskal bagi negara menyebabkan kenaikan harga komoditas global berdampak pada meningkatnya harga-harga di dalam negeri.
Bukan hanya The Fed AS, tapi beberapa bank sentral lain di Brazil. India, Malaysia, maupun di sejumlah negara lain juga menaikkan suku bunga.
"Kenaikan suku bunga tentu saja menurunkan permintaan dan juga menurunkan pertumbuhan ekonomi," tambahnya.
Faktor ketiga adalah situasi di China karena adanya kenaikan kasus dan kebijakan Zero COVID-19 yang menyebabkan terjadi perlambatan ekonomi di sana.
"Seluruh faktor-faktor ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi global berisiko terkontraksi," pungkasnya,
(Zuhirna Wulan Dilla)