JAKARTA - Wall Street ditutup loyo pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB). Bursa saham AS melemah karena kurangnya katalis membuat para pelaku pasar dengan hati-hati memulai pekan yang sarat dengan data inflasi penting dan awal tidak resmi untuk musim laporan keuangan emiten kuartal kedua.
Melansir Antara, Selasa (12/7/2022), indeks Dow Jones Industrial Average tergelincir 164,31 poin atau 0,52%, menjadi menetap di 31.173,84 poin. Indeks S&P 500 merosot 44,95 poin atau 1,15%, menjadi berakhir di 3.854,43 poin. Indeks Komposit Nasdaq terpangkas 262,71 poin atau 2,26%, menjadi ditutup di 11.372,60 poin.
Sembilan dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona merah, dengan sektor jasa-jasa komunikasi dan konsumen non-primer masing-masing jatuh 2,80% dan 2,76%, memimpin penurunan. Sementara itu, sektor utilitas dan real estat menambah keuntungan moderat.
Saham-saham pertumbuhan di pasar menarik ketiga indeks saham utama AS ke wilayah negatif, dengan sentimen penghindaran risiko diperburuk oleh penutupan kasino pertama Makau dalam lebih dari dua tahun untuk mengekang penyebaran COVID-19.
"Ini adalah pasar yang gugup," kata Rob Haworth, ahli strategi investasi senior di US Bank Wealth Management di Seattle. "Ini semua tentang awal musim (laporan) laba dan apa yang dikatakan inflasi (data) kepada kita."
"Kami tahu inflasi didorong oleh kendala pasokan, dan China merupakan faktor penting," tambah Haworth. "Dan (penutupan Makau) melemparkan selimut dingin ke pasar pagi ini."
Hasil dari bank-bank besar, termasuk JPMorgan Chase & Co, Citigroup Inc, dan Wells Fargo & Co, diperkirakan akan meluncurkan musim pelaporan kuartal kedua akhir pekan ini.
Indeks Perbankan S&P 500 turun 1,0%.
Analis memperkirakan penurunan tajam laba tahun-ke-tahun karena perusahaan-perusahaan meningkatkan cadangan kerugian pinjaman mereka, memicu kekhawatiran resesi yang akan datang.
Kemudian dalam minggu ini sejumlah data ekonomi - termasuk harga konsumen, penjualan ritel dan produksi pabrik - akan memberikan gambaran sekilas sejauh mana inflasi telah mencapai puncaknya dan ekonomi telah mendingin ketika Federal Reserve bergerak lebih dekat ke pertemuan kebijakan minggu depan, yang diperkirakan akan berpuncak pada kenaikan suku bunga 75 basis poin kedua berturut-turut.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)