JAKARTA - Bursa Saham Amerika Serikat (AS), Wall Street anjlok pasca-pengumuman inflasi Juni. Laju inflasi lebih tinggi dari perkiraan pasar sebesar 9,1% secara tahunan (year on year/yoy).
Inflasi AS tersebut menjadi yang tertinggi dalam kurun waktu 40 tahun terakhir. Selain itu, realisasi itu juga lebih tinggi dari perkiraan pasar di angka 8,8%. Dikhawatirkan, inflasi AS yang tinggi ini akan berimbas kepada Indonesia.
Baca Juga:Â Rupiah Sempat Tembus Rp15.000/USD, Begini Kata BI
Merespons situasi tersebut, Direktur Eksekutif, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Edi Susianto mengatakan bahwa hal ini berdampak pada pelemahan beberapa mata uang di pasar Asia.
Baca Juga:Â Diteken Jokowi, Berikut Daftar Pahlawan Nasional Jadi Gambar di Rupiah
"Betul angka inflasi AS naik di atas ekspektasi pasar, yaitu 9,1%. Kami lihat dampaknya di pasar NY semalam saham melemah, harga komoditas meningkat dan komplikasi ke pasar Asia, beberapa mata uang Asia sampai saat ini (MYR, KRW dan IDR) mengalami pelemahan, dengan pelemahannya yang tidak terlalu besar," ujar Edi kepada MNC Portal Indonesia di Jakarta, Kamis(14/7/2022).
Baca Juga: Hindari Masalah Kesehatan yang Mungkin Timbul Setelah Penerbangan Jarak Jauh
Baca Juga: BuddyKu Fest: Challenges in Journalist and Work Life Balance Workshop
Follow Berita Okezone di Google News