Sementara itu, seorang pekerja swasta di perusahaan jasa keuangan di kawasan Sudirman, Jakarta Selatan, Andyani Chris Thalia Udiono, menyatakan setuju dengan usulan perubahan jam kerja itu.
Andhyani dulunya merupakan pengguna KRL dari rumahnya di Tangerang Selatan. Namun sejak pandemi melanda, dia kembali menggunakan sepeda motor pribadi karena khawatir akan risiko tertular Covid-19 di dalam kereta.
“Sebetulnya KRL nyaman dan cepat, tapi dua tahun terakhir aku naik motor karena aku takut empet-empetan,” kata Thalia kepada BBC News Indonesia.
Dalam sehari Thalia menghabiskan waktu sekitar 1,5 hingga dua jam di tengah jalanan yang menurut dia terasa lebih padat.
Dengan perubahan jam kerja, Thalia berpendapat situasi jalanan tidak akan sepadat biasanya.
“Aku sudah menghindar nih dari kendaraan umum ke kendaraan pribadi, ya kalau macet sama aja desak-desakan juga. Jadi aku setuju kalau [jam masuk kerja] harus dibagi untuk menghindari [desak-desakan],” kata dia.
Dia menilai sistem seperti itu juga bisa diterapkan di beberapa divisi di kantornya, sebab kantornya “cukup fleksibel” untuk hal seperti itu.
Dirlantas Polda Metro Jaya, Kombes Latif Usman, menuturkan kepadatan yang menumpuk pada jam berangkat dan pulang kerja yang serentak, berbanding terbalik dengan situasi jalan pada pukul 09.00 hingga 15.00.
Kepadatan itu bersumber dari tiga ruas tol masuk dari wilayah penyangga, yakni tol Cikampek-Jakarta, Jagorawi, serta Tangerang-Jakarta.
“Kalau kita bagi arus itu secara merata dari pukul 06.00 sampai 11.00 kan tidak menumpuk sekaligus, dan efektif jadinya mereka di jalan, tidak stagnan,” jelas Latif.
Namun menurut Latif, usulan ini masih akan dikaji dengan pemerintah dan para pakar untuk mencari formula yang paling efektif.
Terkait keberatan pengusaha dan pro-kontra di kalangan pekerja, Latif mengatakan usulan ini kemungkinan akan diterapkan sebagai himbauan.
Meski dia menekankan, keberhasilannya juga akan sangat bergantung pada partisipasi perusahaan dan instansi.
“Nanti bukan kami yg menentukan, silakan masing-masing instansi, kalau bisa sama-sama kan nanti kita bisa hitung. Perkantoran di Sudirman ada berapa gedung, masing-masing gedung udah atur sendiri waktu kerjanya. Partisipasi ini yang nanti kami butuhkan,” papar Latif.
(Feby Novalius)