Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Inflasi AS Turun Jadi 8,5%, 3 Indeks Utama Wall Street Kompak Menguat

Antara , Jurnalis-Kamis, 11 Agustus 2022 |07:19 WIB
Inflasi AS Turun Jadi 8,5%, 3 Indeks Utama Wall Street Kompak Menguat
Wall Street Berakhir Menguat. (Foto: Okezone.com/Reuters)
A
A
A

NEW YORK - Bursa saham AS, Wall Street melesat di akhir perdagangan Rabu, setelah data inflasi AS melambat lebih dari yang diperkirakan pada Juli 2022. Data ini tentu meningkatkan harapan bahwa Federal Reserve akan kurang agresif pada kenaikan suku bunganya.

Indeks Dow Jones Industrial Average terangkat 535,1 poin atau 1,63% menjadi 33.309,51 poin. Indeks S&P 500 bertambah 87,77 poin atau 2,13% menjadi berakhir di 4.210,24 poin. Indeks Komposit Nasdaq melonjak 360,88 poin atau 2,89% menjadi ditutup pada 12.854,81 poin.

11 sektor S&P 500 berakhir di zona hijau. Ini adalah kenaikan satu hari terbesar untuk Nasdaq dan S&P 500 dalam dua minggu terakhir, dan untuk Dow dalam tiga minggu.

Baca Juga: Wall Street Melemah, Indeks Nasdaq Anjlok 1,19%

Departemen Tenaga Kerja mencatat penurunan harga bensin membantu Indeks Harga Konsumen (IHK) AS datar di bulan lalu setelah naik 1,3% pada Juni 2022. IHK naik kurang dari yang diperkirakan 8,5% selama 12 bulan terakhir setelah kenaikan 9,1% pada Juni.

Data tersebut merupakan tanda pertama yang melegakan bagi orang Amerika yang telah menyaksikan inflasi terus naik dalam dua tahun terakhir.

Pedagang berjangka dana Fed sekarang menilai hanya peluang 43,5% bahwa bank sentral AS akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin ketika bertemu pada September, dibandingkan dengan 68% sebelum data. Kenaikan 50 basis poin dipandang sebagai probabilitas 56,5%.

Baca Juga: Wall Street Mixed, Investor Cemaskan Kebijakan The Fed

"Untuk pasar, ini semacam skenario Goldilocks sekarang karena Anda memiliki pasar tenaga kerja yang bertahan dan inflasi yang berpotensi mulai turun. Seperti itulah soft landing," kata Kepala Strategi Investasi Citi U.S. Wealth Management, Shawn Snyder, dikutip dari Antara, Kamis (11/8/2022).

Tetapi satu bulan inflasi yang melambat tidak cukup bagi Fed untuk mengirim sinyal yang jelas, kata Snyder.

"Mereka perlu melihat tren yang berkelanjutan, dan bahkan beberapa, untuk memoderasi kebijakan moneter yang berpotensi menyebabkan resesi," katanya.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement