"Biasanya pengangkutan bisa ditempuh dalam sehari, tetapi saat ini bisa hingga dua hari," kata dia.
Kendati demikian, dia mengatakan tidak ada dampak khusus apabila Jambi tidak mencapai kuota produksi yang ditetapkan oleh pemerintah.
Menurutnya, yang menjadi persoalan adalah apabila para perusahaan penambang batu bara gagal memenuhi produksi sesuai yang ditetapkan dalam kontrak dengan pembelinya. Salah satunya dengan PLN.
Dia mengatakan, dahulu sopir angkutan batu bara dapat mengantarkan komoditas itu dari mulut tambang ke pelabuhan bongkar yang terletak di kawasan Talang Duku dalam waktu hanya sehari.
Namun saat ini membutuhkan waktu satu sampai dua hari.
"Jadi otomatis untuk memenuhi target memang sulit bagi mereka, karena hambatan berada di angkutannya," bebernya.
Saat ini, beberapa kabupaten di Jambi penghasil batu bara terbesar yakni Kabupaten Sarolangun dan disusul beberapa kabupaten lainnya seperti Bungo, Tebo, Batang Hari, Muaro Jambi dan Tanjung Jabung barat.
(Zuhirna Wulan Dilla)