JAKARTA - Pengeboran dua tambang batu bara milik anak usaha PT MNC Energy Investments Tbk (IATA) membuahkan hasil positif.
Berdasarkan laporan Komite Cadangan Mineral Indonesia (KCMI), pengeboran tersebut membuat cadangan batu bara IATA meningkatkan dari 253,4 juta MT menjadi 332,0 juta MT, atau bertambah 78,6 juta MT.
PT Arthaco Prima Energy (APE) menemukan cadangan sebesar 178,6 juta MT dengan GAR 2.500 – 3.250 kg/kkal dalam program pengeboran APE Tahap 1-4 pada area seluas 2.670 Ha. Dengan hasil temuan baru ini, APE baru mencapai 17,8% dari total area yang dapat ditambang pada lahan seluas 15.000 Ha di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.
Baca Juga: 2023, Produksi Batu Bara MNC Energy Investments Naik 50%
Pengeboran APE Tahap 5 dijadwalkan akan selesai pada kuartal kedua tahun 2023. Selain itu, 9,1 juta MT cadangan dengan GAR 3.400 – 3.600 kg/kkal juga ditemukan di IUP PT Bhumi Sriwijaya Perdana Coal - South (BSPC-S) dari lahan seluas 2.158 Ha. Dari 72.478 Ha keseluruhan area penambangan yang dimiliki Perseroan, 59.035 Ha diantaranya masih dalam proses eksplorasi, sehingga IATA yakin cadangan terbukti akan terus meningkat, setidaknya mencapai 600 juta MT untuk semua IUP.
Jika dihitung menggunakan rata-rata Harga Batu Bara Acuan (HBA) dari tahun 2021 hingga Oktober 2022 sebesar USD190,32 per ton, kegiatan penambangan APE mempunyai nilai Net Present Value (NPV) sebesar USD881,4 juta, dengan Internal Rate of Return (IRR) 63,2%, Break Even Point (BEP) 10,8 juta MT, dan Payback Period 2,17 tahun.
Sedangkan untuk BPSC-S diperkirakan dapat menghasilkan NPV sebesar USD54,3 juta, dengan IRR 57,3%, BEP sebesar 1,6 juta MT, serta Payback Period 1,97 tahun. Demikian dikutip dari data IATA, Kamis (27/10/2022).