JAKARTA - Dolar AS membukukan tahun terbaiknya sejak 2015. Meski di akhir perdagangan 2022, dolar AS melemah.
Dolar AS membukukan kenaikan tahunan 7,9% terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya. Capaian ini menjadi lompatan tahunan terbesar dalam tujuh tahun.
Tetapi, dolar telah memangkas kenaikannya dalam beberapa pekan terakhir karena investor mencari tanda-tanda kapan siklus kenaikan suku bunga Fed akan berakhir. Di mana, The Fed telah menaikkan suku bunga hingga 425 basis poin sejak Maret dalam upaya menekan lonjakan inflasi.
Baca Juga:Â Tekuk Dolar AS, Rupiah Menguat ke Rp15.642 per USD Jelang Tutup Tahun 2022
Dengan likuiditas yang lebih rendah karena liburan, indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya turun sekitar 0,433% hari ini di 103,530.
"Saya pikir semua orang berjuang dengan pertanyaan apakah masalah besar di tahun 2023 adalah pertumbuhan yang lemah atau inflasi yang membandel. Jika pertumbuhannya lemah, dolar AS akan jatuh. Jika inflasinya tinggi, maka dolar AS akan menguat," ujar kata Kepala Analis Mata Uang ForexLive, Adam Button, dikutip dari Antara, Sabtu (31/12/2022).
Euro naik 0,34% hari ini menjadi USD1,0697, dengan laju kerugian tahunan 5,9% melawan dolar atau dibandingkan dengan penurunan 7,0% tahun lalu.
Baca Juga:Â Dolar AS Perkasa, Rupiah Hari Ini Ditutup Melemah ke Rp15.662/USD
Kombinasi dari pertumbuhan zona euro yang lemah, perang di Ukraina dan sikap hawkish The Fed telah menempatkan euro di bawah tekanan tahun ini.
"Suku bunga yang lebih tinggi dipasangkan dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat membantu menarik aliran ke kawasan euro, tetapi semua itu berisiko, terutama jika harga energi naik lagi, atau (Bank Sentral Eropa) mulai menjadi kurang hawkish," kata Kepala Strategi Pasar Corpay, Karl Schamotta.
Follow Berita Okezone di Google News