Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Menteri Bahlil Heran Banyak Negara Maju Tolak Hilirisasi Indonesia

Ikhsan Permana , Jurnalis-Selasa, 10 Januari 2023 |11:25 WIB
Menteri Bahlil Heran Banyak Negara Maju Tolak Hilirisasi Indonesia
Menteri Bahlil Bertemu dengan Lulusan Havard. (Foto: Okezone.com/BKPM)
A
A
A

JAKARTA - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menerima kunjungan mahasiswa pascasarjana Harvard University, Amerika Serikat di kantor Kementerian Investasi/BKPM. Dirinya pun menerangkan arah kebijakan investasi di Indonesia.

Saat ini pemerintah fokus pada industri hilirisasi dengan pendekatan energi hijau dan industri hijau. Akan tetapi, langkah Indonesia dalam memperjuangkan hilirisasi tersebut tidak sepenuhnya memperoleh dukungan dari negara-negara maju.

Baca Juga: Perppu Cipta Kerja Diterbitkan untuk Kejar Target Investasi Rp1.400 Triliun

Dia mengungkapkan bahwa Indonesia menghadapi gugatan dari Uni Eropa melalui WTO (World Trade Organization) terkait dengan kebijakan pemberhentian ekspor nikel yang dilakukan tahun 2019 lalu.

“Saya jujur mengatakan, saya bingung dengan cara berpikir dari sebagian negara-negara maju. Ketika Indonesia memperjuangkan untuk hilirisasi memberikan nilai tambah dan kolaborasi dengan pengusaha-pengusaha lokal, sebagian negara-negara tersebut tidak mau. Sementara mereka tahu bahwa sebuah negara berkembang menuju negara maju, salah satu instrumennya adalah melakukan hilirisasi,” ungkap Bahlil, Selasa (10/1/2023).

Baca Juga: Ancaman Krisis Global, Target Investasi Rp1.400 Triliun Sangat Berat

Lebih lanjut, Bahlil memberikan contoh kebijakan yang lebih dulu dilakukan oleh negara-negara maju seperti Inggris, Tiongkok, dan Amerika dalam melakukan hilirisasi dalam rangka menjaga kedaulatan industri di negaranya masing-masing.

“Inggris di abad ke-16 ketika mereka memberhentikan ekspor wool sebagai bahan baku tekstil. Amerika di abad ke-19 dan 20 begitu juga. Mereka menggunakan pajak progresif untuk impor dalam rangka menjaga kedaulatan industrinya lebih bagus. China di tahun 80-an itu aturan TKDN-nya 80% dan industrinya bagus sekarang,” ujar Bahlil.

Menurutnya, saat ini sudah saatnya bagi negara maju maupun negara berkembang membangun kolaborasi dan kerja sama yang baik, dalam rangka membangun ekonomi dunia yang lebih adil dan merata, dengan memperhatikan pada energi hijau dan industri hijau.

Selain itu, Bahlil juga menyampaikan optimismenya bahwa Indonesia akan menjadi negara hilirisasi di kawasan Asia Tenggara yang fokus pada pengelolaan sumber daya alam.

(Feby Novalius)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement