JAKARTA – Raja Minyak Arab Saudi bakal memangkas ketergantungannya terhadap ekspor minyak mentah. Menteri Ekonomi Arab Saudi Faisal Al-Ibrahim tengah mengintensifkan langkah untuk mengurangi ketergantungan kerajaan pada ekspor minyak mentah.
Terlepas dari tekad kerajaan untuk mencapai emisi karbon nol bersih pada 2060, negara itu tetap sangat bergantung pada ekspor minyak mentah yang telah mendorong pertumbuhan ekonominya selama beberapa dekade. Fakta tersebut menimbulkan keraguan terkait apakah Saudi dapat melakukan perubahan kebijakan ekonominya dalam waktu dekat.
"Kami ingin mengurangi ketergantungan kami pada minyak. Kami ingin mendiversifikasi ekonomi kami, ini penting, ini perlu dilakukan," kata Al-Ibrahim dilansir dari VOA, Jumat (20/1/2023).
Riyadh mengirim delapan pejabat tinggi ke pertemuan elit bisnis tersebut, seiring dengan keinginan pemerintah mencari lebih banyak investasi asing dan mitra di luar industri minyak yang memang sangat penting bagi negara tersebut.
Melonjaknya harga minyak mentah setelah invasi Rusia ke Ukraina memungkinkan kerajaan untuk membukukan surplus anggaran pertamanya pada 2022 setelah sembilan tahun mengalami defisit. Meroketnya harga minyak mentah juga memberikan kekuatan finansial Arab Saudi untuk membangun ekonominya.
"Tidak ada kata terlambat untuk sektor yang memulai dari nol di Arab Saudi. Pariwisata, budaya, olahraga, dan hiburan, mereka akan membawa kekayaan diversifikasi," kata Al-Ibrahim.
"Namun kami juga peduli dengan sektor lain, seperti pertambangan dan industri, agar lebih kompetitif,” tambahnya.
Follow Berita Okezone di Google News