JAKARTA - Bursa Saham AS, Wall Street sepekan menunjukkan tahun yang optimis. Pasar ekuitas berada di atas keuntungan, meski ada kekhawatiran bahwa Federal Reserve akan kembali mengetatkan kebijakan moneter yang dapat membuat ekonomi terjun ke resesi.
Namun kinerja ekuitas di bulan Januari, seperti terlihat di pol grafik "golden cross" S&P 500 menunjukkan lebih banyak saham ke level tertinggi daripada posisi terendah baru.
Sinyal semacam itu jauh dari satu-satunya indikator yang digunakan pelaku pasar untuk membuat keputusan investasi, dan bukan merupakan bukti yang sangat mudah.
Baca Juga:Â Wall Street Merah, Saham Amazon Anjlok 8,4%
Prospek yang menurun pada perusahaan raksasa seperti Amazon dan Microsoft dan meningkatnya jumlah pekerjaan menjadi hawkish bahwa The Fed akan menyuntikkan catatan ketidakpastian baru ke pasar. Meskipun S&P 500 tetap naik 7,7% di 2023.
"Kami pikir ini adalah gambaran sehat yang dilukis di sini," kata Kepala Strategi Pasar Carson Group,Ryan Detrick, dilansir dari Reuters, Senin (6/2/2023).
S&P 500 naik 6,2% sepanjang Januari 2023. Hal tersebut didorong harapan bahwa Fed akan mampu menahan lonjakan inflasi tanpa merusak perekonomian.
Baca Juga:Â Wall Street Mixed, Indeks Nasdaq dan S&P 500 Naik Tajam
Menurut Analisis Data CFRA Research, ketika S&P 500 naik pada Januari, pasar telah naik pada periode Februari-Desember sebanyak 83% dengan rata-rata kenaikan 11 bulan lebih dari 11%.
Namun, kenaikan Januari setelah tahun penurunan diikuti oleh kenaikan 23,1% dari Februari hingga Desember dengan tingkat keberhasilan 92%.
"Terlepas dari reli baru-baru ini yang mungkin membuat saham relatif mahal, rekam jejak menunjukkan bahwa mungkin kami memiliki beberapa potensi kenaikan," kata Kepala Strategi Investasi CFRA Research, Sam Stovall.
Follow Berita Okezone di Google News