JAKARTA – Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) melaporkan bahwa banyak pemilik hotel berbintang menjual aset properti mereka berlanjut di 2023.
Menurut Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani meski saat ini sudah masuk masa pemulihan, banyak pemilik hotel yang masih kesulitan mencicil utang dan menutupi kerugian saat pandemi Covid-19 mengamuk dan membuat tingkat okupansi hotel amburadul.
“Rasio utang saat pandemi dengan cashflow-nya tidak menutupi. Jadi banyak yang memilih menjual hotel mereka,” kata Hariyadi, Jakarta, Minggu (12/2/2023).
Dia menjelaskan minat investor untuk membeli hotel relatif rendah. Di mana pemilik modal lebih tertarik menanamkan dana mereka ke industri padat modal.
“Tidak banyak juga yang mau beli. Investor lebih berminat ke pembangunan seperti smelter atau industri lainnya yang punya nilai tambah tinggi,” tuturnya.
Dia menambahkan relaksasi dari pemerintah untuk industri perhotelan yang hanya sampai 2024 tidak mengurai utang. Pembayaran bunganya saja yang dibagi termin. Jadi tidak cukup meringankan. Potongan PPh 25 Badan (Pajak Penghasilan Pasal 25) pada 2020 dan 2021 pun tak terlalu berdampak lantaran bisnis perhotelan merugi.
“Jadi kalau bicara stimulus, kami kemarin cuma dapat hibah pariwisata saja. Karena memang sulit, akhirnya banyak yang mempertimbangkan untuk menjual saja hotel mereka,” pungkasnya.
(Taufik Fajar)