JAKARTA - Kisah perjalanan hidup seorang bos Garuda Food yang dulunya diejek dan dianggap anak pungut.
Sudhamek Agoeng Waspodo Soenjoto (Sudhamek AWS), merupakan salah satu orang terkaya di Indonesia.
BACA JUGA:
Berdasarkan catatan Okezone, Rabu (22/3/2023), Sudhamek memiliki kekayaan hingga USD995 juta atau setara Rp14,22 triliun. Dia juga menjadi orang terkaya urutan 42 versi Forbes.
Namun semasa kecil, dirinya tumbuh di lingkungan toxic yang kerap menjadi bahan ejekan dan hinaan.
BACA JUGA:
Di lingkungan keluarga ia sering diejek oleh kakak-kakaknya, bahkan disebut sebagai “anak pungut” karena menjadi anak bontot dari 11 bersaudara.
“Saya akui masa kecil bahkan remaja kenyang di-bully. Kecil di-bully sama kakak saya, dengan dikatakan saya bukan anak kandung. Katanya, saya ditemukan di jalan, di ikrak (pengki). Saya sedih,” kata Sudhamek, dikutip dari Channel YouTube Coach Yudi Chandra.
Sedangkan di lingkungan sekolah, Sudhamek menjadi bahan bullying teman-temannya. Ketika guru memanggil namanya saat absensi, teman kelas Sudhamek akan menertawainya. Selain itu ia juga diejek sebagai orang kampung dan miskin.
Dia juga mengaku pernah ingin berkelahi oleh kakak temannya karena disebut orang miskin. Ketika itu dirinya sedang pergi ke rumah temannya yang kaya raya.
"Saya pergi dengan teman sangat mampu. Sampai rumah, kakaknya berkacak pinggang dan tanya dari mana? Lalu sempet nyeletuk, 'Enggak usah pergi sama orang kere (miskin)'. Saya marah, hampir berantem tapi dipisah," ujarnya.
Sudhamek merasa sangat terpukul oleh ejekan dan hinaan yang diterima dirinya hingga menimbulkan luka batin yang tidak dapat dilupakan.
Namun dirinya tidak dendam kepada mereka yang telah mengejek, dia juga tetap melanjutkan pendidikan hingga ke jenjang tertinggi.
"Makanya no hard feelings meski tidak bisa dilupakan tetapi bisa dimaafkan dan disyukuri," kata Sudhamek.
Setelah lulus dari bangku kuliah, pada tahun 1982 Sudhamek memilih untuk bekerja di perusahaan rokok terkenal di Indonesia, PT Gudang Garam.
Dia bekerja selama 8 tahun hingga mencapai jabatan tertinggi, yaitu asisten direktur.
Meskipun karier Sudhamek terbilang sukses di dunia kerja, tetapi orang tuanya tidak senang, terutama sang ayah, Darmo Putro. Karena sanga ayah memiliki perusahaan sendiri bernama PT Tudung, sebuah pabrik tepung tapiola yang didirikan olehnya dari tahun 1958.
Namun gagal berkembang sehingga pada tahun 1987 memutuskan untuk merubah ke sektor pembuatan kacang goreng yang bermerek “Garuda” dan “Naga Terbang”.
Sang ayah tidak senang jika Sudhamek terus bekerja di PT Gudang Garam. Ia ingin usahanya dilanjutkan oleh Sudhamek, agar terus dipimpin dari generasi ke generasi.
Selain itu selama Sudhamek berkarier, perusahaan rokok Gudang Garam berkembang pesat berkat ide dan strategi yang dicetuskan olehnya.
Setelah 14 tahun berkarier di PT Gudang Garam, tepatnya pada tahun 1994, Sudhamek memilih untuk resign dan bergabung ke perusahaan milik ayahnya. Ketika bergabung Sudhamek langsung dijadikan CEO Garuda Food.
Saat dipegang olehnya, Sudhamek menambahkan varian kacang yang dijual oleh perusahaannya, seperti kacang atom dan kacang telur.
Selain itu juga melakukan branding yang hingga kini cukup dikenal, dia membuat slogan “Ini Kacangku” untuk perusahaan Garuda Food. Pada akhirnya omset penjualan Garuda Food naik menjadi Rp 20 miliar setahun dan produksi kacang Garuda naik dua kali lipat dari 5 tahun sebelumnya.
Kemudian di tahun 1998, Garuda Food menambah usaha baru dengan memproduksi minuman Okky Jelly Drink.
Seiring berjalannya waktu, Garuda Food menambahkan berbagai macam produksi makanan ringan dan minuman, seperti Chocolatos, Prochiz, Gery, dan Mountea. Hingga kini Garuda Food masih memproduksi berbagai makanan ringan dan minuman yang terbilang sangat sukses.
Setelah perusahaan Garuda Food sukses di tangannya, Sudhamek melepaskan jabatannya sebagai direktur utama pada tahun 2012 lalu.
Kemudian dia menjabat sebagai Komisaris Utama Garuda Food Group dan Tudung Group hingga kini.
(Zuhirna Wulan Dilla)