Destry menambahkan, jumlah pelaku LCT saat ini sudah mencapai 2.014 pelaku, meningkat dibandingkan jumlah pelaku di 2022 yang terdiri dari 1.740an pelaku. “Bahkan 2021 ke 2022 peningkatannya 2 kali lipat lebih,” bebernya.
Dengan demikian, adanya penandatanganan kerjasama dengan Korea Selatan di bulan Mei dan ekonomi China yang mulai bertumbuh pasca pencabutan kebijakan pembatasan Covid19, transaksi dan pelaku LCT disebut akan meningkat secara signifikan.
“Ini tentu akan sangat membantu diversifikasi perdagangan dan mata uang global,” pungkasnya.
Sebelumnya, blok BRICS yang terdiri dari Brazil, Russia, India, China dan Afrika Selatan sudah memulai wacana tersebut untuk melawan kekuatan dolar Amerika Serikat (AS).
(Feby Novalius)