JAKARTA - Angka pengangguran di China mencapai 5,3% pada Maret. Sementara, persentase pengangguran untuk usia 16-24 tahun ini adalah 19,6%, mendekati rekor tertinggi.
Hal ini membuat lulusan perguruan tinggi untuk mencari pekerjaan cukup sulit. Demikian diungkapkan oleh Wakil Menteri Sumber Daya Manusia, Yu Jiadong.
"Pekerjaan stabil, tetapi di bawah tekanan dan mengkhawatirkan. Tekanan pekerjaan untuk orang muda seperti lulusan perguruan tinggi tetap sangat besar," ujar Yu Jiadong dalam konferensi pers dilansir Reuters, Kamis (27/4/2023).
Untuk mengatasi hal ini, China berencana untuk meningkatkan lapangan pekerjaan. Menurut Yu, pemerintah bertujuan untuk menciptakan sekitar 12 juta pekerjaan pada 2023, meningkat dari target 11 juta di tahun lalu.
Adapun terdapat berbagai rencana yang disiapkan oleh pemerintah untuk meningkatkan lapangan pekerjaan di China.
Pertama, mendukung lembaga keuangan dalam menawarkan pinjaman kepada perusahaan kecil. Kedua, mengeluarkan program subsidi kepada perusahaan yang mempekerjakan lulusan perguruan tinggi atau orang muda yang menganggur hingga akhir tahun ini.
Ketiga, mendorong perusahaan milik negara untuk memperluas perekrutan. Berbagai upaya pun akan dilakukan untuk mendukung perusahaan yang mempekerjakan lebih banyak pekerja, dan sebagian dari biaya asuransi pengangguran akan dikembalikan ke perusahaan yang menahan diri untuk melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).
Langkah-langkah ini mulai dilakukan ketika negara tersebut secara bertahap mulai membuka ekonominya pasca kebijakan pembatasan ketat pada pandemi Covid-19. Khususnya ketika total sarjana yang akan memasuki pasar kerja tahun ini tembus 11,58 juta. Apalagi banyak perusahaan swasta di China, yang selama ini menyumbang 80% lapangan pekerjaan, belum sepenuhnya pulih.
Akibatnya, antrean di sekitar kuil membentang ratusan meter di kota-kota China pada akhir pekan. Banyak generasi muda yang berdoa untuk mencari pekerjaan.
(Dani Jumadil Akhir)