JAKARTA - PT Timah Tbk (TINS) mengalami penurunan produksi bijih timah sebesar 4.139 ton atau turun 8% di kuartal I-2023 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 4.508 ton.
Bahkan produksi logam turun 18% menjadi 3.970 ton di kuartal I 2023 dari 4.820 di 2022. Serta penjualan logam timah turun 26% menjadi 4.246 ton dari 2022: 5.703 ton.
BACA JUGA:
Sekretaris Perusahaan Timah, Abdullah Umar Baswedan mengungkapkan kalau penurunan yang terjadi karena harga logam dunia yanh masih tinggi.
Permasalahan di timah masih sama yaitu produksi karena kondisi lingkungan atau ekosistemnya belum baik.
BACA JUGA:
"Jadi diupayakan agar bisa menjadi ekosistem lebih sehat dan lebih fair. Karena kita menargetkan kalau produksi naik sehingga biaya bisa turun," katanya saat ditemui di Jakarta, Rabu (10/5/2023).
Dia juga menjelaskan kalau produksi yang baik itu tergantung dari kondisi ekonomi global. Dia juga menekankan bahwa perseroan siap untuk gencar eksplorasi agar bisa menambah produksi baru.
"Jadi penemuan ini (eksplorasi) pun membutuhkan teknologi supaya bisa menambang lebih dalam di laut, kalau di darat bisa lebih baik untuk tambang premier," jelasnya.
Tak hanya soal kondisi ekonomi global, Abdullah juga menyebut penurunan ini diakibatkan adanya penambangan ilegal. Di mana dia tak menapik kalau kejadian ini masih marak terjadi.
"Karena kerusakan lingkungan itu, bisa bikin iklim perekonomian gak sehat, karena kalau ilegal kan apa mereka bayar pajak dan izinnya juga kan tidak ada," ungkapnya.
Sehingga kini dia berharap ke depannya, ekosistem timah di Indonesia bisa lebih baik agar tercipta pertambangan yang sehat dan membuat produksi bisa naik kembali.
(Zuhirna Wulan Dilla)