JAKARTA - PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) mencatat rugi bersih sebesar Rp4,39 triliun di kuartal I 2023. Berbalik arah dari sebelumnya mencetak laba sebesar Rp3,56 triliun.
Direktur Investasi SRTG, Devin Wirawan mengungkapkan bahwa menurunnya kinerja perseroan dipengaruhi oleh kondisi pasar dari perusahaan portofolio Saratoga. Sebagaimana diketahui, 85% portofolio SRTG didominasi oleh tiga perusahaan blue chip yakni PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG).
“Memang benar kami mengalami kerugian, tapi itu termasuk pengaruh pasar dari portofolio perusahaan Saratoga,” kata Devin dalam paparan publik di Jakarta, Senin (15/5/2023).
Adapun, kinerja ADRO dan MDKA saat ini tengah dipengaruhi oleh tren harga komoditas yang mulai melandai. Di mana, angka penjualan keduanya akan sangat bergantung pada harga komoditas yang tidak bisa dikendalikan oleh perseroan.
Per Maret 2023, ADRO mengantongi laba USD458,04 juta atau naik 14,49% dari periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar USD400,07 juta. Sementara penjualan ADRO mencapai USD1,83 miliar, naik 50,12% dari periode yang sama tahun 2021 yang sebesar USD1,22 miliar.
“Jadi harus dibedakan penyebab yang berasal dari dalam manajemen, ada juga harga komoditas yang merupakan faktor lain di luar pengaruh manajemen," imbuh Devin.
Sepanjang 2023, Saratoga menargetkan investasi sebesar USD100-150 juta. Perseroan akan berfokus pada dua sektor untuk mengembangkan portofolionya yaitu kesehatan dan energi baru dan terbarukan (EBT).
Belum lama ini, perseroan melakukan investasi di klinik kecantikan ZAP. Devin menyebut, klinik kecantikan juga merupakan salah satu sub-sektor yang akan difokuskan untuk pengembangan portofolio investasi SRTG.
“Fokus ke depan kami berinvestasi di sektor kesehatan dan sektor EBT untuk bisa mengembangkan eksposur portofolio kami di sumber daya alam. Terkait besarannya masih tergantung peluang yang ada,” pungkas Devin.
(Taufik Fajar)