Hal itu karena keterkaitan ekonomi antara Indonesia dengan China cukup kuat.
"Estimasi sensitivitas pertumbuhan ekonomi China terhadap perekonomian Indonesia sebesar 0,39%, yang berarti perlambatan ekonomi China sebesar 1% berpotensi memperlambat ekonomi Indonesia sebesar 0,39%. Ini merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan mitra dagang lainnya, sebagai contoh Amerika Serikat," kata dia.
Selain itu, diperkirakan perlambatan ekonomi China juga akan menekan harga komoditas global, dan ini juga mempengaruhi ekonomi Indonesia yang masih cukup banyak mengandalkan komoditas, terutama batu bara dan CPO.
Daerah-daerah penghasil komoditas kami perkirakan akan terdampak seperti di beberapa wilayah di Sumatera dan Kalimantan.
Namun, pelemahan ekonomi China terhadap negara mitra dagang khususnya di Indonesia seharusnya tidak akan terlalu berdampak signifikan, dikarenakan porsi neraca dagang dalam ekonomi tidak terlalu signifikan.
Saat ini Indonesia hanya bisa mengandalkan pada konsumsi domestic, belanja pemerintah dan Foreign Direct Investment (FDI) dikala kondisi global bermasalah, termasuk ekonomi china yang melambat.
Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah berpotensi bergerak fluktuatif namun diprediksi ditutup menguat di rentang Rp14.910 - Rp15.010.
(Zuhirna Wulan Dilla)