Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

5 Negara dengan Aturan Pemberian Tip yang Berbeda, Siapa Paling Besar?

Hafizhuddin , Jurnalis-Minggu, 16 Juli 2023 |20:50 WIB
5 Negara dengan Aturan Pemberian Tip yang Berbeda, Siapa Paling Besar?
Pemberian Tip (Foto: Okezone)
A
A
A

Di Prancis, "service compris" berarti tip sudah termasuk dalam tagihan. Di tempat lain, khususnya di Asia Timur, tidak adanya tradisi memberi tip merupakan sumber kebanggaan.

Untuk menyoroti dilema tentang pemberian tip, berikut adalah negara-negara dengan ciri khas tip mereka sendiri.

Masing-masing tempat dipilih karena apa yang mereka katakan tentang budaya memberikan tip dan bagaimana pemberian tip mencerminkan aspek masyarakat yang lebih luas.

1. Jepang

Jepang adalah semacam surga pertapa, di mana sampah tidak bisa ditemukan berserakan, ketidaksempurnaan (atau wabi-sabi) dihormati, dan kesadaran sosial diangkat menjadi bentuk seni (jangan berjalan sambil makan; diam di transportasi umum; jangan menunjuk dengan tangan atau sumpit; jangan membuang ingus di depan umum – dan seterusnya).

Jepang juga merupakan tempat di mana tip tidak hanya jarang diberikan, tapi juga dianggap memalukan dan aneh.

Dan karena orang Jepang memiliki budaya layanan bebas tip, hal itu benar-benar perlu dijelaskan kepada pengunjung asing dengan peringatan dua kali: jika Anda melakukan itu dan Anda akan membuat seseorang tersinggung.

"Bahkan jika para pelancong diberi tahu bahwa orang Jepang tidak memberi tip, beberapa orang masih tertarik untuk menunjukkan penghargaan mereka dengan uang - tetapi tidak begitu," kata James Mundy dari operator tur InsideJapan Tours yang berbasis di Inggris.

"Biasanya orang-orang meninggalkan uang di meja untuk staf di restoran, tapi staf kemudian akan mengejarnya dan mengembalikan uangnya," ujarnya.

Dia menambahkan, "Banyak yang tidak dapat memahami ada orang-orang yang melakukan pekerjaan mereka dengan bangga, dan 'oishikatta' (rasanya enak), atau ' gochiso sama' (terima kasih telah menyiapkan makanannya) sudah lebih dari cukup. Tidak selalu uang yang harus berbicara."

Mengapa orang bersedia memberi tip? Apakah ada untungnya?

'Orang Laut', penduduk asli Singapura yang terlupakan

Mengapa kita memuja 'kerja berlebihan'?

Ketidaksukaan orang-orang Jepang terhadap pemberian tip sangat jelas.

Shokunin kishitsu, yang secara kasar diterjemahkan "keahlian", mengalir melalui banyak aspek kehidupan orang-orang Jepang.

Istilah itu merupakan filosofi yang diterapkan oleh banyak industri yang berhubungan dengan wisatawan, mulai dari pelayan hotel, hingga penjual gerobak makanan dan koki sushi.

Pelayanan adalah tentang kebutuhan dasar melakukan pekerjaan dengan bangga, dan penghargaan paling sering ditunjukkan melalui pujian (sebaiknya dalam bahasa Jepang) atau dengan membungkuk.

Pengecualiannya hanya satu. Di ryokan, wisma tradisional Jepang dengan tikar tatami, para wisatawan dapat meninggalkan uang untuk nakai san (pelayan yang mengenakan kimono, yang menyiapkan makanan dan kasur), tetapi hanya jika dilakukan dengan benar.

Jangan memberikan tip secara langsung. Tip bisa diberikan dengan amplop yang dihias khusus dan tertutup.

2. Mesir

Norma sosial yang mengakar kuat di Afrika Utara, Timur Tengah, dan Asia Selatan adalah konsep baksheesh, yang berarti tip atau sedekah amal.

Sopir taksi atau pemandu wisata dapat memintanya langsung atau dibisikkan, tetapi pada akhirnya berarti hal yang sama: hadiah atau tip kecil diperlukan, terlepas dari layanan yang diberikan.

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement